Sunday, May 15, 2011

Kaum Horizontalis dalam Islam



Kaum horizontalis mencibir kaum vertikalis sebagai manusia lupa daratan, hanyut dalam gelombang lautan egoisme yang akut. Vertikalis miskin mendapatkan candu yang sama dengan vertikalis kaya karena sama-sama memalingkan wajah menghadap ke atas saja. Ini adalah pelarian alamiah dari orang yang mendapatkan segala kekayaan dengan mudah ataupun karena kalah dalam kompetisi kehidupan. Kaum vertikalis (kaya maupun miskin) dipandang sebagai orang-orang lupa daratan yang terus menerus mendapat nikmat Tuhan tapi terus menerus juga melakukan pengkhianatan terhadap-Nya.Ulamanya adalah penjilat penguasa sedangkan orang awamnya adalah para pecundang fatalis yang lari dari kenyataan.

Kaum horizontalis merasa tersadarkan untuk mengambil sebuah keimanan yang lebih fungsional dan berdaya manfaaat bagi sesama. Agama bukan sekedar pedoman kesalehan individual, melainkan protes terhadap kenyataan yang tidak adil yang dilakukan manusia. Kesalehan sosial lebih dipandang Tuhan daripada kesalehan individual sebab Tuhan maha kaya tidak butuh puja-puji makhluk-Nya. Tuhan tidak bisa dikibuli dengan ritual-ritual pemujaan.Tuhan tidak bepihak kepada tirani dan kedzaliman.Tuhan itu maha kasih sayang kepada seluruh manusia tanpa memandang ras, bangsa, dan tempat tinggalnya. Begitulah argumen kelompok horizontalis.

Horizontalis menyukai catatan-catatan orientalis semisal Garaudy yang berpendapat, “Pada dasarnya wahyu mempunyai pandangan tertentu terhadap manusia, alam, dan kebenaran. Oleh karena itu iman kepada wahyu mau tidak mau memasukkan kita kedalam kenyataan dan dorongan menuju perubahan dan bukan mencari penyesuaian dengan kenyataan.” Manusia wajib mengerjakan prinsip-prinsip kebenaran yang diyakini dan menerapkannya dalam hidup kesehariannya, bukan menjustifikasi kenyataan yang terjadi. Mengerjakan dalil, bukan mendalili pekerjaan.

Kaum Horizotalis sering mengidentikkan dirinya dengan pembela kaum lemah tertindas (Mustadh'afin). Karena penekanannya kepada pemerataan maka mereka tidak peduli pada di tipologi cultural Clifford Geertz, yakni priyayi, santri, dan abangan. Perlu modifikasi karena kategori “priyayi” tidak dapat diletakkan dalam ketegori santri dan abangan. Priyayi adalah kelas sosial yang lawannya adalah ‘wong cilik’ atau proletar. Sementara santri dan abangan adalah dikotomi yang mengacu pada ketaatan beragama dan ekspresi keagamaan. Oleh karena itu lebih tepat jika dikatakan ada priyayi yang santri dan ada pula priyayi yang abangan. Sebagaimana pula ada ‘wong cilik’ yang santri dan ada ‘wong cilik’ yang abangan.

Horizontalis tak memandang kawan dan lawan lewat kacamata ketaatan beragama dan ekspresi beragama. Oleh karena itu, bersatulah wahai seluruh ‘wong cilik’. Sadarilah bahwa kalian tertindas dan mari berjuang bersama Tuhan melawan para penindas (bayangin demonstran kurus dengan ikat kepala bertuliskan huruf Arab). Musuh bersama kaum horizontalis adalah si pemegang status quo, yakni priyayi santri (vertikalis) dan priyayi abangan.

Persetujuan Tuhan ada pada kasih kepada sesama makhluk di manapun termasuk di pasar,di kantor, di pabrik, baik di darat, laut, mupun udara (kok jadi seperti iklan obat mabuk perjalanan). Maksudnya, tangan Tuhan bersama tangan Si Penderma, bukan tangan Si Pendo’a yang menengadah di mesjid tapi mencatut hak orang lain di luar mesjid. Begitulah keyakinan kaum horizontalis.

Siapa yang memanfaatkan kaum horizontalis?
Yang pandai memanfaatkan kaum horizontalis adalah pertama, yang suka mengembar-gemborkan perbedaan kelas sosial dalam masyarakat. Ajaran Islam yang sering diangkat adalah yang berkaitan dengan perbedaan kelas antara kaum tertindas, mustadh'afin, melawan kaum muthrafun (orang kaya yang hidup bermewah-mewahan). Manusia kebanyakan memperbanyak kekayaaan dan malas untuk berbagi. Oleh karena itu horizontalis menghendaki pemerataan bahkan sama rata sama rasa. Oleh karena itu kaum horizontalis Islam banyak dimanfaatkan ideologi kiri (komunisme). Sebelum kemerdekaan RI, ideologi ini tidak ada kaitannya dengan ateisme sebab pengikutnya banyak dari kaum beragama Islam semacam Haji Misbach yang memberontak di Semarang dan seorang kiai dari Banten (saya lupa namanya) yang memberontak pemerintah Belanda tahun 1926. Islam Kiri, sebuah istilah yang tepat untuk kelompok horizontalis ini.

Kedua, yang memanfaatkan kaum horizontalis Islam adalah kaum radikalis dalam pengertian yang anti-pemerintah atau anti-Amerika dan sekutunya karena berbeda ideologi. Pada dasarnya Islam bukan sekedar 'agama' dalam pengertian yang mengatur ritual vertikal dan etika saja. Islam adalah ideologi dunia yang mengatur seluruh aspek manusia dan alam.Bukan sekedar 'agama tradisi' seperti Kristen, Hindu, Budha. Islam adalah sebuah sitem ideologi yang monolitik, artinya ideologi lain boleh hidup tapi harus menjadi sub-ordinat sistem ideologi Islam. Alasan ini lebih 'elite' dan mengakar karena sudah terlepas dari imanensi (keterkurungan) manusia dengan hasrat duniawi menuju transendensi. Kata Sydney Jones terorisme tumbuh bukan motif ekonomis apalagi kemiskinan melainkan alasan ideologis. Antitesis vertikalis adalah kutub horizontalis yang menghalalkan segala cara. Yang lagi rame misalnya kasus NII KW IX (yang boleh mengantikan shalat sebagai perwujudan vertikalis dengan rekruitmen) atau kelompok teroris yang menggoncangkan seluruh belahan dunia ini. Supaya berbeda dengan kelompok horizontalis sebelumnya maka kita sebut saja kelompok horizontalis ini dengan Islam Kanan.

Catatan: Baik Islam Kiri maupun Islam Kanan mempunyai kebenaran-kelebihan, juga kebatilan-kekurangan. Yang terakhir adalah ideoligi pertengahan, ummatan wasaton, bukan kutub-kutub ekstrem yang dimanfaatkan oleh sistem atau ideologi lain. Nah, tunggu ulasan tentang kaum diagonalis yang saya anggap paling ideal.

Catatan tambahan (lagi). Ilustrasi satiris terhadap vertikalis miskin yang menarik ada pada cepen “Robohnya Surau Kami” karya AA Navis. Sedangkan kritikan kepada kaum Vertikalis borjuis ada pada novel “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer. Baca sendiri yach...!

Friday, May 6, 2011

Kaum Vertikalis dalam Islam




Kaum Vertikalis memandang Tuhan itu sebuah “apa”, sebuah “ada”, bahkan “Ada” tertinggi. Artinya tuhan itu sudah jelas ada sejak dahulu kala, lepas dari peredaran ruang dan waktu. Tuhan itu di atas dan juga di luar manusia. Menurut Van Peursen, sikap seperti ini disebut sikap ontologis, artinya manusia mengambil jarak terhadap sesuatu yang mengitarinya. Ia bertindak sebagai penonton dan pengamat terhadap yang ada di sekitarnya, terhadap hidupnya sendiri, dan terhadap Tuhan.

Karena keberadaan “Ada” itu sempurna dan “maha”, maka mereka berusaha menyandarkan segala sesuatu kepada “Ada” tersebut. Mereka juga beranggapan bahwa “Ada” atau sebutlah Tuhan, senang dipuja-puji dan dikasih sesajen dengan dzikir dan wirid baik bersama maupun sendirian. Meskipun demikian, ada jarak nantara manusia dan Tuhan. Oleh karena itu, untuk mendekati-Nya diperlukan kesucian karena Tuhan hanya menyukai yang suci. Hubungan dengan Tuhan pun harus diatur melalui tatacara religi yang ditetapkan. Maka bagi kaum vertikalis, pelatihan shalat khusuk dan manasik haji lebih diminati ketimbang mengikuti pelatihan pemberdayaan UKM misalnya. Mesjid-mesjid mereka dipadati dengan kajian-kajian fikih dan ritual-ritual.

Urusan yang menjadi perhatian kaum vertikalis adalah kebersihan jiwa. Hindari piktor (pikiran kotor). Mereka juga senang dengan candu (istilah Karl Max) yakni surga dan para bidadarinya dan menjauhi neraka beserta setan-setan penghuninya. Yang miskin dari kelompok ini akan terpuruk di sudut-sudut masjid sebagai penjaga setia rumah Tuhan (di Jawa Barat disebut marbot masjid). Sedangkan yang berduitnya bolak balik umroh mendekati rumah Tuhan. Mereka memandang orang-orang yang kurang beruntung (baca miskin) sebagai hasil dari tindakannya sendiri yang melanggar aturan Tuhan dan melaksanakan larangan-Nya. Pengertian mereka tentang arti ibadah disempitkan hanya sebatas vertikal, hubungan manusia dengan Tuhan. Hal ini berseberangan dengan kaum Horizontal yang akan saya bahas selanjutnya.

Siapa yang memanfaatkan kaum Vertikalis?
Untuk menjawab ini kita perlu lihat sebuah istilah Karl Marx tentang Alienisasi. Alienisasi atau dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan menjadi proses menuju keterasingan, adalah teori yang dikeluarkan oleh Karl Marx tentang munculnya sebuah keadaan dimana buruh atau proletar mendapatkan sebuah keadaan yang terasing dari kehidupanya. Ia percaya bahwa Alienisasi adalah hasil dari eksploitasi kapitalisme terhadap buruh dengan mengartikanya sebagai modal. Jangan hanya bayangkan buruh yang bergaji UMR dan rajin berdemo saat Mayday itu. Buruh di sini termasuk yang berdasi dan bergaji tinggi yang bekerja di perusahaan tambang atau minyak asing dengan gaji relatif tinggi. Pada dasarnya mereka juga teralienisasi, terasing dari lingkungan awal yang membesarkan mereka. Di perkotaan , kaum vertikalis diwakili oleh kaum menengah atas, yang mapan dari segi ekonomi, sosial, dan finansial dan kebetulan beragama Islam. Bisa saja mereka itu dosen, pengusaha, atau karyawan yang sukses. Mereka menjadi terasing dibuktikan dengan ketidak-pedulian mereka terhadap lingkungan sekitarnya.

Bila mereka menjadi wakil rakyat pun mereka tidak memikirkan rakyat. Bila mereka menjadi pendidik, mereka tidak mendidik cuma mengajar. Bila mereka menjadi pengusaha mereka menghalalkan segala cara. Tapi dalam urusan ibadah rukun Islam yang lima mereka rajin dan utama. Seolah tidak ada kaintannya antara shalat dan di luar sahalat. Rumah vertikalis kaya temboknya tinggi-tinggi menujukkan anti sosial mereka. Wujud keterasingan mereka adalah pelampiasan kepada will to pleasure (pencapaian kesenangan) di tempat-tempat wisata dari mulai Makao sampai Mekah. Hal tersebut akan memunculkan keadaan yang disebut Karl Marx sebagai obyektivikasi (Vergebrtandlichung) atau bisa dibilang sasaran empuk untuk menambah modal kapitalis. Sistem Islam maupun sub-sistemnya tidak kebagian apa-apa! Kacian dech....

Maaf, bila ada yang tersinggung. Jangan terlalu serius membaca tulisan ini. Cuma memanfaatkan waktu kosong aja di kantor selagi masa reses (bukan reseh) . Abisnya, bos lagi pada pergi ke luar negeri gak ngajak-ngajak gue sih...Sabar ya, artikel lainnya yaitu HORIZONTALIS masih digodok (jamu kaleee).


Thursday, May 5, 2011

Paradoxial Intention, Terapi Susah Payah

Jauh sebelum Victor E. Frankl merumuskan istilah Paradoxial Intention dalam ilmu logoterapi, Al Qur'an sudah merumuskan terapi 'kabad' (susah payah). Mari kita urai istilah-istilahnya terlebih dahulu. Paradoxial Intention atau niat yang berkebalikan adalah metoda terapi bagi penyakit perasaan dan mental dengan cara mengubah niat. Sebenarnya terapi ini adalah upaya untuk membalikkan niat menjadi sikap. Dengan berubahnya sikap, diharapkan terjadai perubahan kualitas kesehatan dan kebahagian si penderita. Misalnya, orang insomnia, memunculkan rasa takut tidak dapat tidur yang pada saat itu juga memicu keinginan berlebihan untuk tidur. Anehnya, karena ketakutan tidak bisa tidur ini ini malah membuat orang itu semakin tidak bisa tidur. Nah, metoda Paradoxial Intention justru menganjurkan agar Anda melakukan niat yang sebaliknya artinya berusaha sedapat mungkin untuk tetap bangun. Dengan kata lain, keinginan sangat besar untuk tidur, yang muncul akibat rasa cemas, harus diganti dengan keinginan untuk tidak tidur. Akibatnya, ia akan segera… tidur.”
Kabad adalah suatu penyakit mental manusia yang diterjemhakan dalam tafsir Depag sebagai 'susah payah', “Sesungguhnya Aku telah menciptakan manusia berada dalam susah payah” (QS. Al-Balad: 4). Padanan kata ini adalah wahnan seperti dalam surat 46:15 ''...ibunya mengandungnya dengan susah payah, melahirkannya dengan susah payah (pula). 'Kabad' ditafsirkan lebih panjang sebagai tidak melakukan upaya yang seharusnya (padahal tahu apa yang seharusnya dilakukan). Kabad berarti juga berada dalam ketegangan-ketegangan yang tidak produktif. Tahu harus menembak buruan tetapi cuma bisa mengendap dan mengintip saja. Kabad berarti juga tidak menikmati hari ini karena pikiran disibukkan dengan planing-planing masa depan yang tidak bisa atau belum dikerjakan (ini gue banget dech !). 
 
Menurut Al Qur'an dalam Al Balad: 11 terapi kabad yang paling ampuh adalah “... tempuhlah jalan mendaki lagi sukar”. Untuk menyakinkan pembaca, Allah mengulang dalam ayat selanjutnya dengan memberi tekanan kepada 'jalan mendaki', simak ayat12: “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?” Lalu Allah menjawabnya secara berturut-turut dengan ayat 13: “...(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan”. Ayat 14: “..atau memberi makan pada hari kelaparan”. Ayat 15: (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat. Dan ayat 16: atau orang miskin yang sangat fakir. 
 
Terapi Al Qur'an ini mirip dengan teori Paradoxial Intention, niat berkebalikan di atas. Kalau malas, niatkan untuk melawan malas. Kalau susah payah dan loyo mari naik bukit. Tidak punya uang, mari bersodaqah. Semua orang kelaparan, mari memberi makan. Anak yatim (yang biasanya kebanyakan nyebelin), mari kita pelihara anak yatim. Saat kita takut melakukan sesuatu, lakukanlah itu. Saat takut berbicara dengan seseorang, berbicaralah dengan orang itu. Orang yang gugup atau berkeringat berlebihan pun bisa menerapkan paradoxical intention. Caranya dengan menunjukkan secara sengaja kepada orang-orang betapa banyak keringat yang bisa ia keluarkan. Ini sebagai ganti rasa takut tubuhnya berkeringat yang malah memicu keringat keluar deras.

Sekali lagi Allah menegaskan bahwa manusia dari sono-nya diciptakan berkeluh kesah dan bersusah payah. Namun jangan menyerah. Biar semangat, lihat buah dari terapi ini. Out-put dari proses terapi ini bisa terlihat pada kepribadian yang sehat atau dalam istilah Frankl "pribadi yang mengatasi diri". Orang yang bersusah payah-kabad- tapi tidak mau berubah sebenarnya berada dalam posisi “pribadi yang ditindas diri” kebalikan dari “pribadi yang mengatasi diri” (ini istilah saya aja). Kalau sudah begini, Anda menjadi Tuan bagi diri anda sendiri. Hawa nafsu bakal lemes, tidak mati sih, tapi keok susah bangkit lagi.
Tujuan hidup bukanlah hanya untuk mencapai kondisi keseimbangan (equilibrium). Tujuan hidup bukan will to power (kekuasaan) atau will to pleasure (pencapaian kesenangan) atau kehidupan yang serba mapan (istri cantik, anak sehat, rumah mentereng, mobil kinclong, pensiun terjamin, mati gak bakal gentayangan). Kata motivator, kekuasaan dan kesenangan bukan tujuan itu hanya alat sekaligus side effect, dari keberhasilan kita memikul tanggung jawab. Sebab, banyak artis atau milyarder yang mencapai ini tapi hidupnya unhappy. Hidup itu memang ada kabad, susah payah dan ada senangnya juga. Tujuan hidup itu bukan menghindari susah payah dan tegang. Hidup bukan menunggu semunya serba siap dan serba mudah. Kita tidak menunggu kekuatan, kemampuan, atau peluang lebih besar. Kita harus mulai dari yang kita punyai. Jika kita menanti sampai setiap kemungkinan hambatan telah menyingkir, kita tidak akan pernah melakukan apapun. Hidup yang sehat bukan yang adem ayem, melainkan senantiasa berada dalam semacam tegangan yang produktif antara apa yang kita hayati sekarang, dengan harapan kehidupan yang lebih baik di masa depan (kampung akhirat) sambil memikul tanggung jawab (amanah) di dunia. Menurut saya, ini baru definisi yang benar tentang makna dan tujuan hidup.
Di balik semua pahlawan besar, selalu ada tragedi pergolakan yang pernah terjadi. Kalau semua jalan rata dan mulus tidak akan pernah ada syuhada. Di balik semua kesuksesan di mata manusia maupun dimata Sang Pencipta, selalu ada niat, sikap, usaha dan kerja keras. Kalau Allah berseru “Wahai nafsul muthmainnah, kembalilah kepada keridhaan Tuhanmu, jadilah kelompok hambaku, dan masuklah ke dalam surgaku”, itu ditujukan Allah kepada pribadi-pribadi yang berhasil 'mengatasi diri' melawan susah payah (kabad) sepanjang hidupnya.

Tuesday, May 3, 2011

Mekanisme Pelatuk

Kata “mekanisme pelatuk” merupakan sebuah istilah yang dipinjam dari dunia militer dan persenjataan: dalam sebuah pistol ada sebuah pelatuk. Demikian juga tombol pada sebuah tustel foto. Bila kita ingin menembak, maka pelatuk ditarik: awalnya belum terjadi apa-apa, tetapi bila sudah lewat titik tertentu, maka pelatuk itu menyotok dan terjadi tembakan. Akibat-akibat dari penembakan itu sering belum dapat diramalkan sebelumnya. Nah, semua ini merupakan sebuah proses mekanis dan material belaka.

Contoh lain mengenai mekanisme pelatuk, kali ini dalam arti kiasan: Seorang Grand Master catur menggeserkan sebuah bidak dan dengan demikian raja dan perdana mentri pihak lawan sekak-seter. Sebuah gerakan bidak yang kecil, kekuatannya tiba-tiba memperolah efek hebat. Nah, dalam struktur-struktur sosial pun terdapat sesuatu yang mirip dengan mekanisme pelatuk itu. Bila kita memahami struktur-struktur itu, maka kita dapat melihat juga dimanakah jalan-jalan buntu, sehingga jalan terbuka bagi suatu permasalahan yang baru. Dalam hal etika sebagai contoh, dalam sebuah pesawat terbang yang sedang gawat, terjadi kepanikan, maka sikap tenang satu orang saja dapat menyelamatkan penumpang. Sekelompok keluarga mulai mendiami rumah-rumah di daerah Pecinan misalnya, maka perbuatan tersebut banyak manfaatnya bagi integrasi suatu bangsa. Sebuah perusahaan keluarga etnis tertentu menempatkan seorang general managernya atau seorang direkturnya dari ras lain, maka penempatan posisi tersebut banyak manfaatnya bagi cairnya komunikasi dan keterbukaan di banyak perusahan lain dengan kasus sejenis.

Bila seseorang secara demonstratif membakar diri (ingat Jan Pallach di Cekoslowakia, atau seorang biksu di Vietnam Selatan), maka peristiwa tersebut dapat mengubah situasi politik. 


Pidato Martin Luther King : “I Had a Dream” , yang kemudian menjadi terkenal itu, menarik sebuah pelatuk dalam situasi politik yang sudah menjadi beku, hingga ledakannya berdampak sampai kini yakni naiknya Obama, seorang ras negro–amerika menjadi orang nomor satu di negeri yang dulunya menganggap hal itu tidak mungkin terjadi. Juga di Asia, Benigno Aquino tertembak  menjadi pemicu 'people power' di Filipina dan mengubah sistem negara itu menjadi lebih demokratis.

Seorang Briptu Norman menari dan berlipsing di Youtube, atau seorang polwan yang berjalan-jalan di catwalk dapat mengubah citra polisi yang dianggap menyebalkan menjadi lebih humanis. Dalam semua kasus ini perbuatan satu orang yang bukan ‘siapa-siapa’ berdampak jauh melampaui lingkupnya dan tidak disangka-sangka.


Namun ingat, menggeser satu bidak hanya ada efek, bila pemain sungguh tahu peraturan-peraturan main catur. Hanya seorang yang sungguh tahu akan struktur-struktur sosial dapat mengaitkan perbuatannya dengan keadaan sekitarnya. Setelah Jan Pallach mengorbankan diri masih ada beberapa pemuda lain yang membakar diri, tapi perbuatannya tak ada efek. Bukan perbuatan ‘nyeleneh’nya yang penting, melainkan perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan struktur-struktur yang ingin dirombak. Rentetan bom bunuh diri (seperti yang terakhir di Cirebon) atau aksi mogok makannya Anand Krisna akan berhenti pada keheranan bagi orang-orang yang mendengarnya saja. Bisa saja fenomenanya seperti orang-orang yang ikut -ikutan MLM (Meletus Lalu Melempem). Tidak mampu membuat ‘ledakan’ yang lebih besar yang merombak tatanan sistem hukum misalnya. 

 Bila tidak mengerti akan struktur dan mekanisme permainannya dengan tepat, seorang yang secara individu, seorang diri, ingin merombak keadaan, yang terjadi adalah orang gila yang pantas masuk rumah sakit jiwa. Karena perbuatannya dipandang dari sudut moral, tidak relevan tidak merupakan suatu perbuatan yang sungguh etis yang akan merombak sebuah struktur yang sudah berkarat. Suatu perbuatan baru dapat disebut “relevan” bila muncul dari rasa tanggung jawab moril serta pengetahuan tepat mengenai struktur-struktur yang ada. Bila suatu situasi dianggap jalan buntu, maka satu perbuatan dapat menjadikan situasi itu laksana penyalur petir, sehingga perhatian dan proses seluruh dunia dibangkitan. Nah, Anda ingin merombak keadaan? Pelajari mekanisme pelatuk dan struktur-struktunnya dengan cermat. Bila tidak matang, siap-siap menjadi orang sia-sia dan dianggap gila!.


(Tulisan ini  gua posting mengingat permintaan mendesak *wajah memelas* dari para penggemar paragrafunik.blogspot.com. Disarikan dari buku "Strategi Kebudayaan" karya Prof. Dr. C.A. van Peursen. Semoga arwah beliau tenang di alam baqa)

Wednesday, April 27, 2011

3 Tipe Manusia dalam Menghadapi Masalah Hidup

Siapakah yang akan lebih mudah keluar dari sebuah masalah? Tentu saja yang mengatahui apa masalah sesungguhnya. Kalau buat skripsi ada istilah Identifikasi Masalah. Apakah Anda tipe melihat matahari yang cerah bakal terbit esok pagi atau melihat suramnya masa depan sebelum berupaya mengatasi masalahnya? Mari kita lihat tipikal orang dengan masalahnya yang saya karang-karang hari ini. Ada 3 kelompok orang dalam menghadapi masalahnya:
  1. Tipe Visioner. Orang tipe ini sudah menyadari akan ada masalah sebelum datang masalah. Orang ini bukan sakti mandraguna, atau kesamber listrik malaikat, weruh sak durunge winarah. Orang-orang seperti ini tahu karena pengalaman aja, atau mau denger orang yang ngasih tahu.Juga, karena dia sudah melihat pola-pola masalah sebelumnya dan kecenderungannya. Mereka pandai membaca tanda-tanda dan perulangan pola. Pola-pola yang baku itu dia pelajari dan berangkat dari situ dapat diramalkan bahkan dipastikan. Perilaku orang ini antisipatif. Cara berpikirnya maju di depan. Mengapa harus antisipatif? Karena dia tahu kalau dia tidak bertindak hari ini akan sengsara kelak. Kata Alllah orang seperti ini tipe Saabiqun bi al-khairaat, bersegera dalam kebaikan. Bagi orang awam malah dianggap seperti orang gila, atau kecepetan lahir  (semua para nabi megalami olok-olokan seperti ini). Bagi dia masalah adalah syarat yang harus dipenuhi untuk naik kelas. Meskipun ia tahu semakin tinggi angin semakin kencang, tapi ia tetap bersikokoh bahwa inilah jalan hidup yang harus di tempuh agar tidak celaka saat masalah itu jatuh tempo. Hidup adalah proses menjadi lebih baik dari ke hari, dan hidup bukan hanya hari ini di dunia ini. Kata bos saya di kantor ada cara agar kita bisa visioner adalah dengan simulasi krisis atau rekayasa krisis.
  2. Tipe Waspada. Orang ini menyadari ada masalah pada saat masalah itu sudah di depan mata atau dia sedang mangalaminya. Sebenarnya orang kayak begini telat. Namun, lumayan karena dia berusaha mencari tahu dan berusaha keras keluar dari masalah. Kelompok tipe ini akan resah karena karena menyadari ada masalah dan membayangkan ancaman dari keadaan bila masalah tidak ditanggulangi. Mereka sadar bahwa masalah tetap menyediakan dampak merusak yang harus diatasi. Bisa sukses bisa gagal bila  fokus dia bukan kepada mengatasi masalah tetapi kepada kenyamanan hari ini maka masalah itu dibiarkan berlarut begitu saja. Dalam menghadapi keresahan, tipe waspada terbagi dua. Pertama, Keresahan itu digunakan untuk membuat diri ini lebih allert, siaga, sigap, bergerak cepat, dan digunakan untuk bekerja dengan lebih bersungguh-sungguh. Kedua, lebih sering digunakan oleh banyak orang, adalah digunakan untuk merasa kecil, merasa lemah, merasa terlambat, merasa sudah tua, merasa tidak penting, merasa rendah, merasa terbuang, atau bahkan merasa sudah tidak perlu hidup lagi. Ngadepin orang kayak begini bilang: ah itu khan hanya perasaan adek ajah! Perasaan bisa direkayasa !. Atau kasih ayat penyemangat : Faidzaa faroghta fansob, bila selesai satu masalah (waspadalah) ada masalah lain yang harus dikerjakan. Inna ma'al usri yusron (sesungghuhnya bersamaan dengan kesusahan pasti ada kemudahan). Bergeraklah meskipun sedikit, yang penting jangan diam. Bila tidak mau berubah tipe waspada bisa turun derajat menjadi tipe ke tiga di bawah ini:
  3. Tipe Terlena.  Mereka tidak sadar bahwa di luar dan di dalam dirinya banyak masalah. Kesalahan terbesar nya adalah tidak sadar bahwa dirinya bodoh. Mereka berhenti mencari kebenaran saat umur mereka masih ada. Orang seperti ini gak pengaruh ada masalah atau tidak, ada gempa atau tsunami tidak tergoyahkan. Ini tipe adem ayem yang menikmati hidup tapi kebangetan. Boleh menikmati hidup, tapi jangan terus berbaring di situ. Kelompok tipe ini adalah tipe EGP (Emang Gua Pikirin). Fokus mereka pada diri sendiri, atau paling jauh kepada keluarganya (egois banget yach!). Hidup dipandang sebagai hal yang absurd, nihil, dan tak bermakna. Pengelompokan tipe ini bukan masalah kaya miskin. Ini masalah cara pandang (world view, walah keren banget istilahnya). Kata nabi orang seperti ini bagaikan mayat hidup. Bisa jadi orangnya ganteng dan cantik, tapi hatinya mati. Ini tipe orang menganiaya diri sendiri. Mengapa? Karena tipe orang seperti ini menyia-nyiakan hidup yang dikarunikan Tuhan.
    Ciri orang seperti ini buasanya sudah bosen mikir, bosen berkarya, malas menasihati dan dinasehati. Atau sesekali dinasehati mau asal isinya sesuai dengan hawa nafsunya. Kata Al Kitab: mereka itu seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mengapa bisa ada kelompok seperti ini? Karena emang sejak awalnya tidak tahu tujuan hidup, mau apa dan mau kemana? Pernah ada yang ngingetin tapi dia cuekin. Kalau ketemu dengan tipe begini bilang: Selalu tersedia cara-cara untuk menyelesaikan masalah bagi orang yang mencari. Penguasa Alam ini bahkan demikian permissive-nya, sampai-sampai orang yang tidak mencari dan tidak meminta, juga ditunjukkan jalan keluar. Apalagi kita, yang mencari dan meminta. Kedua bilangin bahwa kalian itu unik dan berharga. “Bahkan seekor cacing pun dihidupkan untuk menggemburkan tanah. Dan sebongkah batu dipadatkan untuk menahan gunung. Lebih-lebih kita, manusia……”
    Salam semangat!



Monday, April 25, 2011

Bedanya Orang Jepang dengan Orang Indonesia

Asyik banget kalo seluruh warga Indonesia kayak di Jepun sono. Misal, aturan lalul lintas dipraptekkan bukan hanya buat lulus ujian SIM aja. Setiap individu menghargai hak orang lain. Bukan melulu egois pribadi mikirin kesenangan sendiri . Pejabat korup ketakutan dikejar-kejar hantu dosanya sendiri. Setiap diri berani berkorban demi kepentingan orang banyak, dari mulai anak TK nya sampai S3. Mulai orang kuli sampai orang kuliahan. Mulai dari tukang bubur sampe direktur. Mulai dari mahasiswa cemen (baru masuk) sampe dosen.
Paragraf di bawah ini gua baca dari sebuah artikel tentang orang yang pernah tinggal di Jepang. Gua bacanya sampe mati ketawa ala Jepang. Pinggang digelikin awalnya geli, tapi kalau terus2an bisa mati berdiri. (Tips, sebelum baca lihat sekeliling. Pastikan tidak ada orang lain yang liat kamu lagi baca paragraf di bawah ini):
1. Ketika di kendaraan umum:
Jepang: Orang-orang pada baca buku atau tidur.
Indonesia: Orang-orang pada ngobrol, ngegosip, ketawa-ketiwi cekikikan, ngelamun, dan tidur.



2. Ketika makan dikendaraan umum:
Jepang: Sampah sisa makanan disimpan ke dalam saku celana atau dimasukkan ke dalam tas, kemudian baru dibuang setelah nemu tong sampah.
Indonesia: Dengan wajah tanpa dosa, sampah sisa makanan dibuang gitu aja di kolong bangku/dilempar ke luar jendela.



3. Ketika dikelas:
Jepang: Yang kosong adalah bangku kuliah paling belakang.
Indonesia: Yang kosong adalah bangku kuliah paling depan.



4. Ketika dosen memberikan kuliah:
Jepang: Semua mahasiswa sunyi senyap mendengarkan dengan serius.
Indonesia: Tengok ke kiri, ada yg ngobrol. Tengok ke kanan, ada yg baca komik. Tengok ke belakang, pada tidur. Cuman barisan depan aja yg anteng dengerin, itu pun karena duduk pas di depan hidung dosen!



5. Ketika diberi tugas oleh dosen:
Jepang: Hari itu juga, siang/malemnya langsung nyerbu perpustakaan atau browsing internet buat cari data.
Indonesia: Kalau masih ada hari esok, ngapain dikerjain hari ini!



6. Ketika shalat jum’at dimesjid (di sono ada juga):
Jepang: Jamaah berebut duduk di shaf terdepan.
Indonesia: Jamaah berebut nyari tempat pw (posisi wuenak) di deket tembok paling belakang biar bisa nyender/di bawah kipas angin biar gak kepanasan & tidurnya nyenyak.



7. Ketika terlambat masuk kelas:
Jepang: Memohon maaf sambil membungkukkan badan 90 derajat, dan menunjukkan ekspresi malu + menyesal gak akan mengulangi lagi.
Indonesia: Slonong boy & slonong girl masuk gitu aja tanpa bilang permisi ke dosen sama sekali.



8. Ketika dijalan raya:
Jepang: Mobil sangat jarang (kecuali di kota besar). Padahal jepang kan negara produsen mobil terbesar di dunia, mobilnya pada ke mana ya?
Indonesia: Jalanan macet, sampe2 saya susah nyebrang & sering keserempet motor yg jalannya ugal-ugalan.



9. Ketika jam kantor:
Jepang: Jalanan sepiiiii banget, kayak kota mati.
Indonesia: Ada Oknum pake seragam coklat-coklat pada keluyuran di mall-mall.



10. Ketika buang sampah:
Jepang: Sampah dibuang sesuai jenisnya. Sampah organik dibuang di tempat sampah khusus organik, sampah anorganik dibuang di tempat sampah anorganik.
Indonesia: Mau organik kek, anorganik kek, bangke binatang kek, semuanya tumplek jadi 1 dalam kantong kresek.



11. Ketika berangkat kantor:
Jepang: Berangkat naik kereta/bus kota. Mobil cuma dipake saat acara keluarga atau yg bersifat mendesak aja.
Indonesia: Gengsi dooonk… Masa’ naik angkot?!



12. Ketika janjian ketemu:
Jepang: Ting…tong…semuanya datang tepat pada jam yg disepakati.
Indonesia: Salah 1 pihak pasti ada dibiarkan sampai berjamur & berkerak gara2 kelamaan nunggu!



13. Ketika berjalan dipagi hari:
Jepang: Orang2 pada jalan super cepat kayak dikejar doggy, karena khawatir telat ke kantor/sekolah.
Indonesia: Nyantai aja cing…! Si boss juga paling datengnya telat!
 ---

Kalau Loe jadi senyam- senyum sendiri, gua gak ikutan karena isi diluar tanggung jawab admin paragraf unik!


Perwujudan Amal di Akhirat

Hati-hati Lu punya perilaku dan perangai. Nasehat buat gua juga. Salah-salah perangai dan perilaku Lu berwujud jadi binatang yang jelek. Ini bukan kata gua, tapi kata Qur'an dan hadits paten punya kabar. Ati-ati juga sama ucapan lu misal kata anjrit, atau an***g!. Kata temen gua sembilan dari sepuluh kata yang dikeluarin sama preman Bandung berisi kata monster seperti itu.
Gak usah nunggu hari kebangkitan, di dunia aja sudah pada kelihatan.
Perwujudan amal atau tajassum al-‘amal (he.. he.. pake istilah Arab, biar afdol) muncul dalam tiga bentuk. Pertama, amal-amal kita akan membentuk jati diri kita (ingat jadi diri, bukan pohon jati). Lu ngomong an***g, sebenarnya jati diri lu ya si Dogy itu. Ucapan dan amal-amal yang buruk akan membentuk diri dan citra diri yang buruk. Jangan pernah bilang Bang**t sama adik atau keponakan, atau sembarangan bilang kapir atau sebangsa penghuni neraka lainnya. Tidak bagus buat kesehatan mulut dan gigi apalagi hati. Lu punya dendam, bunuh orang, menganiaya, adalah perbuatan kebinatangan yang tidak adil dan beradab (lambangnya padi dan kapak)

Wanita Dijajah Pria Sudah Biasa

Bagi masyarakat awam semacam kita aturan-aturan dalam Islam serasa tidak adil atas wanita. Tengoklah penutup aurat wanita lebih ribet dari pada laki-laki. Seluruh tubunya mesti tertutup kecuali muka dan telapak tangannya. Sedangkan lelaki telanjang dada diperbolehkan kecuali pusar sampai lututnya.

Lalu, kita juga terheran-heran mengapa wanita muslimah perlu minta izin dari suami apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya. Suami tidak perlu izin istri untuk keluar rumah. Pengusung feminisme protes karena saksi wanita dihargai setengah dibandingkan laki-laki. Apalagi para pengusung humanisme, menolak keras sistem pembagian waris Islam yang menghendaki bagian wanita hanya setengahnya daripada pria.

Sunday, April 10, 2011

Pencemooh Tak Pernah Belajar

Saya menyesal mengikuti meeting organisasi malam lalu. Namun, teman saya mengaku banyak mendapatkan inspirasi dari rapat itu. Saya tegaskan lagi betapa tidak menariknya rapat tadi malam dengan berbagai argumen. Yang intinya menyesal lagi karena mengikuti rapat itu sampai selesai. “Tak ada hal baru, saya hampir mengantuk. Yang ada hanya debat kusir lagi, debat kusir lagi. .Ide yang saya presentasikan pun sebenarnya ide usang yang kupoles lagi,” kata saya pesimis. 'Kalau kamu tidak yakin dengan idemu kenapa kau presentasikan?” kata temen saya. Iya sich.....(jawabku dalam hati).

Lalu saya menghantam lagi membabi buta, “Tapi ini betul-betul debat kusir yang topiknya sama dengan 3 tahun lalu., ini hanya giliran pidato. Semua ingin menuju ke satu titik tapi bagaimana caranya. Ibarat rapat para tikus mengusir kucing. Idenya bagus-bagus, tapi siapa eksekutornya. Ganti dong acaranya menjadi ‘rapat omdo', rapat omong doang” kata saya asal cuap.

Teman saya yang lebih bijak mejelaskan, kultur di organisi kita kita memang begitu, lebih-lebih para pinisepuhnya. Beraninya cuma punya ide, tak bisa melaksanakan. “Namun, bersyukurlah ada ide, berarti ada kepedulian” hibur temen saya. “Ide tadi malam bagus-bagus, presentasimu menarik, ayo kita realisasikan.!”. Dia memberi semangat. Saya hanya terdiam. Bingung. Adapun saya, kalau sudah dipuji oleh yang lainnya ya, tidak bisa mencemooh lagi. Dipuji, itu caranya agar saya diam.

“Pencemooh merusak silaturahmi, tapi tidak membuat perubahan”, kata temen saya lagi dengan tidak bermaksud bercanda. Jangan pernah berkata “Tentu aja dia naik pangkat, rajin jilat pantat sich...!” (mencemooh orang lain). Atau “Orang tua gue asal-asalan nyekolahin gue, makanya gue jadi kaya gini sekarang” (mencemooh diri sendiri). "7 Habits"-nya Steven Covey? Itu kan buatan Amerika, mana bisa berlaku di sini. (mencemooh prestasi orang lain). Pencemooh hanya membenarkan dirinya dengan menilai jelek usaha orang lain tanpa pernah belajar dari hal itu. Jika hal ini diteruskan, maka kamu semakin bodoh karena tidak pernah belajar dari orang lain”. Pencemooh tidak melihat kelebihan orang lain, yang tampak hanya kejelekan. “Jangan mau jadi pencemooh!” katanya menegaskan. Saya semakin menunduk. Malu.

Wednesday, April 6, 2011

4 Sempalan Islam di Indonesia (dan Dunia)


Menurut hadits, ummat Islam bakal terpecah menjadi 73 golongan. Saya hanya akan memuat  4 golongan saja dari 73 tersebut. Golongan itu ialah:
1.       Golongan PRAGMATIS, golongan terbesar dari 86% penduduk Indonesia. Cirinya: mereka melaksanakan agama kalau mereka merasa agama bermanfaat dan masuk  akal. Mereka beribadah kalau ada maunya , siapa tahu dengan shalat, zakat, puasa rizki mereka tambah banyak, fisik mereka lebih sehat. Concern mereka adalah manfaat-madharat.

Kalau kepada mereka ditanyakan apakah mereka percaya dengan hari pembalasan, mereka akan menjawab ya, tapi dalam kehidupan sehari-harinya mereka menunjukkan ketidakyakinannya akan hari akhir. Mereka kurang percaya akan pahala dan siksa, mereka lebih percaya manfaat dan madarat di dunia. Mereka akan mudah meninggalkan shalat karena mereka tidak mengerti manfaat sahalat. Mereka tidak akan berpuasa kecuali manfaat puasa dirasakan lebih baik, sebagai detoksifikasi, pembuangan racun. Hadits yang mereka sukai “Khirunn nasi, man yan faun nas”, sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat. Mereka akan meninggalkan rukun Islam yang lima bila tidak dirasakan manfaatnya.

2.       Golongan RITUALIS, golongan ini tidak mau berislam hanya sebagai identitas di KTP. Mereka ingin semua orang tahu dia beragama Islam. Hobby mereka adalah meritualkan (mengupacarakan) semua ibadah.  Menurut ulama mereka ibadah itu ada dua: mahdhoh dan ghair mahdhoh. Ibadah mahdhoh adalah ibadah yang berhubungan dengan Allah dan tatacaranya sudah baku dan rinci, sedang kan yang ghair mahdhoh adalah ibadah tatacaracnya tidak dirincikan dalam Qur’an maupun hadits, diserahkan kepada manusia begitu saja.  Nah, kaum ritulais meng-upacarakan semuanya tak peduli mahdhoh ataupun ghair mahdoh. Mereka akan men-gupacarakan dari mulai kehamilan manusia, tujuh bulan, kelahiran, sampai kematiannya.

Dalil yang paling mereka sukai adalah: “Yaa ayyuhalladzina amanuu dzkurullaaha dzikran katsiira” wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah  kamu dengan dizkir yang sebanyak-banyaknya. Mereka senang sekali dengan amalan-amalan yang banyak tak peduli itu sunnah atau bid’ah. Concern mereka adalah pahala-dosa  atau pahala-siksa. Merekalah yang membacakan shalawat keras-keras lewat speaker mesjid mereka. Merekalah yang shalat sunnatnya panjang dan banyak. Merekalah yang menyemarakkan hari-hari besar Islam seperti rajaban dan muludan.

3.       Golongan PURITANIS, golongan ini  berasal dari kata “pure” artinya murni. Dalam beribadah mereka tidak ingin menambahkan atau mengurangi. Ibarat motor baru yang baru keluar dari dealer, mereka  suka yang orisinal. Kebalikan dari kaum RITUALIS yang suka memodifikasi motor tersebut sampai hilang orisinalnya.  Concern mereka adalah: Sunnah atau bid’ah. Segala sesuatu yang tidak ada contohnya dari Rasul mereka tolak.  Merekalah pengusung kemurnian dalam beragama dengan bukti kajian-kajian ulumul haditsnya yang lengkap dan ilmiah.

Sikap mereka terhadap Al Qur’an, mereka membacanya, menghafalkannya, mengkhatamkannya, bahkan melombakan di pentas nasional. Urusan makna isi yang mereka baca dan amal urusan belakangan, karena dengan membacanya saja sudah berpahala.

Hadits yang paling mereka sukai adalah: “Man ‘amila ‘amalan laysa bihi amrunaa, fahua bid’ah, fal bid’atu fahua  dolaalah, faddolaaatu finnar”, barang siapa berbuat amal tidak ada perintahnya, maka itu adalah bid’ah, setiap bid’ah berarti kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.  Persamaan kaum ritualis dan puritanis adalah sama-sam merasa golongannya paling benar. Mereka akan mudah mengkafirkan satu kelompok terhadap lainnya.

Ketiga kelompok itu Pragmatis, Puritanis, Ritualis,  ada di tengah-tehaghkita dan ada di jemaah mesjid ini. Mereka beragam dalam tatacara beribadah tapi seragam  dalam  kesatuan ulil amri alias pemerintahaan dan penguasa yang ada.  Meskipun ada bara terpendam  diantara mereka , tapi untuk sementara mereka bisa dipersatukan dalam wadah Bhineka Tunggal Ika 


4.       Golongan ESENSIALIS, golongan ini terbagi dua: FUNDAMENTALIS dan LIBERALIS. Golongan ini merasa dirinya lebih pintar ketimbang golongan-lainnya. Kaum Fundamentalis memandang bahwa agama Islam adalah sebuah sistem hdup yang sempurna yang lebih tinggi daripada  sistem hidup lainnya. Islam adalah “way of life” cara hdiup dan cara pandang manusia yang harus “liyudzhirahu ‘aladdini kulihi”, harus dimenangkan atas ideologi-ideologi lainnya.  Dalil yang paling mereka sukai adalah “Faman lam yahlum bimaa andzallahu fa’ulaaika  humul kaafirun, fa-ulaika humul dzolimun, dst”. Barangsipa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka termasuk golongan kafir, dzolim, dsb.

Kaum LIBERALIS  sangat memperhatikan kepada pemikiran-pemikiran yang jernih. Mereka mengklaim bahwa merekalah penafsir ajaran Islam terkini yang paling kontesktual dan sejalan dengan zaman. Seperti kaum puritanis mereka suka dengan  kajian ilmiah dan pemikiran yang menghasilakn statemen-statemen baru yang disesuaikan idengan isu kekinian seperti HAM, kesetaraan gender, hak minoritas, toleransi beragama dsb.

Persamaan kaum LIBERALIS dengan FUNDAMENTALIS terletak pada concern mereka kepada 'isi' bukan cangkang. Mendahulukan esensi ketimbang cangkang dan simbol. Mereka tidak menyukai simbol-simbol, bahkan mereka memandang bahwa shalat, puasa, haji adalah simbol-simbol yang kurang penting. Yang penting adalah esensi dari simbol-simbol tersebut. Dalil yang paling mereka sukai adalah: “U’budullaha hatta ta’tiyakal yaqin”. Beribadahlah kamu sampai datang keyakinan itu. Bila sudah datang esensi (keyakinan) maka tidak perlu beribadah lagi. Esensi puasa adalah Taqwa. Ciri orang taqwa ada di surat Al baqarah, beriman kepada yg gaib, mendirikan shalat, menafkahkan rizki, bila semua sudah dilaksanakan tak perlu shalat lagi. Esensi shalat adalah mengingat Allah, dan itu bisa digantikan dengan   rapat-rapat  strategi jihad yang panjang yang meninggalkan shalat mereka.

****
Pasti Anda bertanya: termasuk salah satu kelompok  mana atau gabungan kelompok  yang mana?

Tuesday, April 5, 2011

Analisis Gaya Bahasa Hilman 'Lupus'


Remaja angkatan '80 an macam aku nee, pasti jadi penggemar berat Si Hilman Lupus. Dulu aku tergokil-gokil sama dia, dan membuatku ingin jadi penulis. Sayangnya, gaya bahasa dia yang dianggap 'sastra' pinggiran, atau malah bukan bukan sastra tidak masuk dalam pelajaran sekolah. Padahal saat itu juga aku belajar tentang gaya bahasa sastra semacam angkatan Pujangga Baru. Gak usah panjang lebar, langsung aja ker Te Ka Pe...!


Sekolah mereka terpisah. Sekolah Lupus dekat lapangan sepakbola, sedangkan sekolah Lulu dekat orang jualan bola.”
Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.


***


Buku-bukunya laris kayak roti isi kismis
Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.


***


Bocah imut (item mutlak)”
Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.


***


Sewaktu mereka diminta mengirimkan foto mereka menolak dengan alasan mereka pemalu dan tidak suka dipublikasikan, “Kasihan, nanti orang lain pada minder karena kalah ganteng” begitu kilah mereka.”
Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.

***


Hampir seluruh pelosok Indonesia pernah disusupi beliau. Berbeda dengan anangku yang anti olahraga air, beliau ini adalah penggemar diving. Dan menggeluti bidang fotografi underwater. Mohon dicermati, underwater, bukan underwear.”
Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

SEKIAN DULU, nanti bersambung....!

Monday, April 4, 2011

Lagi Ingin Baca Paragraf Orang Lain

Saya membaca paragraf yang entah siapa penulisnya. Jadi mohon maaf bagi yang suka tulisan saya yang orisinal (GR ), nggak dulu la ya..! Baca aja dialog Murid Garing dan Ustadznya di bawah ini:


Murid Garing: Wah, Pak Ustadz, Bapak Anu yang penjahat, eh sorry, penjabat, yang kerja di Departmen Hantu, hebat ya, punya mobil Mercy, kebun sawit dimana-mana, anak-anaknya pada sekolah di sekolah mahal. Jangan-jangan beliau korupsi ya?

Sunday, April 3, 2011

Logika Sederhana Mengapa Ada Orang Berkorban Demi Agamanya?

 
Karakteristik zaman modern adalah segala sesuatu untuk manusia atau humanisme, termasuk agama untuk manusia. Kebalikannya  dengan pandangan tradisional, manusia untuk agama. Mereka mengatakan, dalam penafsiran klasik terhadap agama, kedudukan manusia lebih rendah dari agama dan akidah. Dengan dasar ini, manusia berkhidmat, melayani   agama. Olehkarena itu  jiwa manusia menjadi seperti tidak bernilai, serta dengan mudah mereka akan mengorbankan jiwanya demi agama. Adapun di masa modern, manusia menempatkan dirinya lebih tinggi dari agama, dan ini berarti bahwa manusia tidak mengorbankan diri demi agama dan membunuh seseorang atas nama agama.  

Kali ini saya tidak akan membahas lebih jauh tentang perbedaan pemahaman klasik dan modern di atas. Juga tidak bermaksud melegitimasi kekerasan atas nama agama.Yang akan aya paparkan sederhana saja yakni mengapa manusia rela mengorbankan jiwa dan raganya demi sesuatu  yang dianggap bernilai. Terlepas dari pro dan kontra,yang dianggap paling bernilai dihadapan manusia  dalam kasus yang diangkat adalah agama.

Sebagian orang dapat menerima secara rasional bahwa kehadiran agama untuk manusia dan menjamin kemashlahatan manusia, dengan demikian segala bentuk pengorbanan di jalan agama memiliki makna yang sangat berarti. Jika masyarakat ingin memperoleh kemashlahatan ini, maka harus berpegang pada agama dan mereka mesti menjaga agamanya dengan segenap kemampuan walaupun dengan mengorbankan jiwanya. Yang pasti apa yang telah dikorbankan untuk agama tidak berarti jika dibandingkan dengan manfaat abadi yang diraihnya. 

Juga, bagaimana logika seseorang yang membela mati-matian pemimpinnya (pasang badan) demi pemimpinnya. Salah satu fungsi komandan pasukan dalam medan perang adalah menjaga keselamatan jiwa kelompoknya dan menyelamatkan mereka dari serangan dan kepungan musuh. Jika komandan ini tidak ada, maka pasukannya akan banyak yang terbunuh. Namun,  seorang komandan mampu menyelamatkan semua atau sebagian dari mereka. Untuk menyelamatkan mayoritas anggota-angota kelompok maka komandan harus terjaga. Dari sini menjadi rasional bahwa sebagian anggota pasukan akan mengorbankan diri demi menjaga dan menyelamatkan sebagian anggota pasukan dan seluruh anggota pasukan bertanggung jawab menjaga komandan pasukan serta rela terbunuh lebih awal demi keselamatan jiwa komandan. Memang benar bahwa seorang komandan bertujuan menyelamatkan seluruh anggota pasukannya, bukan sebaliknya. Namun untuk terealisasikan fungsi komandan ini terkadang dibutuhkan pengorbanan beberapa anggota pasukan demi keselamatan jiwa komandan, supaya dengan keberadaan komandan keselamatan semua pasukan menjadi terjamin.        

 *******
 Masuk akal pula bila segala pengorbanan dan kesetiaan di jalan agama sesungguhnya untuk menjamin maslahat-maslahat manusia. Kelanggengan agama ini dapat menjamin maslahat-maslahat mereka. Dorongan pengorbanan diri martirdom atau mati syahid (syahadah) dalam agama bukan bermakna merendahkan nilai dan harga jiwa manusia, akan tetapi lebih didasari atas tujuan yang lebih berarti dan diyakini lebih abadi (kehidupan yang lebih baik setelah kematian di dunia ini).

Saturday, April 2, 2011

Akibat Tidak Pandai Bersyukur

http://hermawayne.blogspot.com
Yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Rumput tetangga  kelihatan lebih hijau dari pada  rumput di pekarangan sendiri. Orang lain selalu lebih beruntung daripada kita. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, lebih kaya dari pada saya.

Friday, April 1, 2011

Mengapa Jawa dikalahkan Belanda?

Saya suka mencatut alinea yang menurut saya sangat inspiratif. Salahsatunya dari buku Rumah Kaca-nya Pramudya Ananta Toer. Mingke – Sang tokoh utama- membahas tentang mengapa Jawa dikalahkan Belanda? Inilah paragraf tersebut:
“Karena bangsa ini mempunyai watak selalu mencari kesamaan-kesamaan, keselarasan, melupakan perbedaan untuk menghindari bentrokan sosial. Dia tunduk dan taat pada ini sampai kadang tak ada batasnya. Akhirnya dalam perkembangannya yang sering, ia terjatuh pada satu kompromi ke kompromi yang lain dan kehilangan prinsip-prinsip. Ia lebih suka penyesuaian daripada cekcok urusan prinsip”.

Korupsi adalah kesalahan individu dan komunal yang prinsip. Mengapa? karena dampak korupsi yang besar, tanah air yang kaya raya tapi penduduknya sengsara. Korupsi telah menguasai mesin-mesin publik dan orang percaya bahwa sudah seharusnya begitu. Daripada bentrok individu atau bahkan sosial lebih baik 'berdamai'. Menghindari konflik tapi melepaskan prinsip. Secara sosial, jaringan korupsi yang menyentuh seluruh aspek kehidupan—dari urusan kelahiran hingga kematian—telah mendikte cara bertindak warga negara. Warga yang tidak setuju kepada permainan korup bersiap siap menghadapi konflik dengan saudaranya sendiri.

Dalam situasi seperti di atas, korupsi merupakan pilihan ”rasional” untuk menghindari konflik yang bikin gerah.. Harto, sopir, membuat perhitungan sangat rasional ketika memilih membayar calo dan memberi suap untuk menyeberangkan truknya dari Merak ke Bakauheni (Kompas, 28/2). Mendahulukan kompromi daripada prinsip.Logika ini berlaku juga pada petugas yang memungut pungli. Celakanya, pilihan yang secara individual rasional ini secara kolektif sangat tidak rasional dan merugikan semua orang. Berawal dari kompromi sosial menuju jebakan sosial, akhirnya keterpurukan sosial bersama.

Ronggowarsito dengan tepat menggambarkannya: zamane zaman edan, yen ora ngedan ora keduman ’zamannya zaman gila, kalau tidak ikut gila tidak kebagian’. Inilah stable but inefficient equilibrium: suatu keseimbangan yang stabil, tetapi tidak efisien. Situasi yang kelihatan diluar megah tapi keropos di dalam. Namun, nalar bangsa Indonesia yang sangat elastis, akomodatif, dan kompromistif itu menemukan justifikasi: demi menghinkonflik yang lebih besar. Itulah kalau tidak memegang prinsip: alih-alih menghindari konflik malah terjadi keterpurukan tanpa kesudahan. Ibarat terseret jatuh kejurang yang dalam, bangsa ini tak pernah meraih akar pegangan yang kuat.

****
Sekali lagi, bangsa ini terjatuh pada satu kompromi ke kompromi yang lain, demikan terus menerus,sampai ke titik kehilangan prinsip-prinsip. Bangsa ini lebih suka penyesuaian daripada cekcok urusan prinsip.

Dementor, sang Penyedot Semangat


Saya teringat postingan teman dari milis tetangga yang isnpiratif. Penulisnya siapa, saya lupa. Simak aja tulisannya yang sudah saya edit agar lebih enak dibaca.

Buat para penggemar serial Harry Potter pasti tau tentang Dementor. Digambarkan oleh tokoh Lupin bahwa Dementor adalah… 
Dementors are among the foulest creatures that walk this earth. They infest the darkest, filthiest places, they glory in decay and despair, they drain peace, hope, and happiness out of the air around them… Get too near a Dementor and every good feeling, every happy memory will be sucked out of you. If it can, the Dementor will feed on you long enough to reduce you to something like itself…soul-less and evil. You will be left with nothing but the worst experiences of your life.” [harry potter wikia]
Atau dengan kata lain, Dementor punya kemampuan menyedot semangat hidup manusia sampe bisa jadi putus asa. 
Belakangan ini, saya  menemukan bahwa ternyata Dementor bukan cuma ada dalam fiksi. Repotnya, Dementor di dunia nyata lebih sulit dikenali. Kalo di cerita Harry Potter Dementor muncul dalam sosok yang mengerikan, berkulit kelabu dengan jari-jari kurus seperti kerangka, di dunia nyata mereka tampil seperti orang biasa. Mereka bisa saja duduk di sebelah anda  di kantin, berdiri di belakangmu waktu ngantri karcis busway, atau yang lebih serem lagi: duduk di balik pintu bertuliskan “BOSS”. 

Wednesday, March 30, 2011

Menyiasati Kehidupan yang Biasa-biasa Saja


blog-apa-aja.blogspot.com
Dulu, saya pembaca setia rubrik konsultasi psikologi harian Kompas edisi minggu. Artikel yanng menarik adalah membaca kolom pertanyaan dan jarang baca kolom jawaban dari pengasuh rubrik itu (Bu Laila Ch Budiman). Begitu senangnya membaca keluhan-keluhan si penanya, sampai saya sering lupa membaca tanggapan si pengasuh rubrik. Saya senang karena ada yang hidupnya lebih susah dan bermasalah daripada saya.  Masalah saya tidak seberat meraka, dan itulah alasan terbaik untuk bersyukur.

Logika Tuhan Wajib Ada



Saya akan mencoba menyampaikan tulisan orang lain yang saya mudah fahami tentang mengapa Allah bersifat Qidam (terdahulu, tidak ada permulaannya), dikaitkan dengan ruang dan waktu dan bagaimana hubungannya dengan eksistensi Tuhan. Tidak berarti saya lebih pandai dari Einstein, karena saya hanya membawakan kembali teorinya Imam Abu Hamid al-Ghazali (Hujjatul Islam).

Tuesday, March 29, 2011

Air Jernih dan Tenang versus Air Bah Bergelombang

Ada tiga perbedaan pokok manusia menemukan sumber kebenaran yang diyakininya. Pertama ada yang meyakini bahwa sain dan teknonolgi mampu menyelesaikan setiap persoalan yang terbukti dengan unjuk gignya modernisasi dan teknologi di segala bidang. Yang kedua, memandang semua persoalan dari kacamata filsafat. Filsafat dianggap punya kelebihan yang banyak karena dia memandang sesuatu tidak hanya kulitnya saja tapi lebih jauh di balik itu. Orang berfilsafat berarti orang mencoba berpikir jernih dalam memecahkan setiap persoalan. Yang ketiga, yang mencari sumber kebenaran dari wahyu yang direpresentasikan dengan keteguhannya memegang hilai-nilai agama, meskipun mereka terkesan berorientasi masa lampau dan tindakannya terkesan bukan berasal dari kejernihan pikiran.

3 Tipe Manusia yang Mengaku Beriman


Ada tiga tipe hidup orang yang mengaku beriman. Membacanya saya jadi merinding.
1. HIDUP HISSI
Adalah hidup hanya untuk keperluan dirinya sendiri. Yang dikejar-kejar ialah hanya kepentingan yang berkenaan dengan dirinya, dengan rumah tangganya. Kadang-kadang ia bergerak juga di medan umum tetapi bergeraknya itu hanyalah untuk keperluan diri, keperluan materi belaka. Orang yang demikian itu sesungguhnya memiliki sifat “Diam”. Bukan “Diam” karena ia tak kuasa berjalan, bukan pula “Diam” karena ia tak pandai bergerak. Hidup yang demikian itu boleh diibaratkan hidup secara tumbuh-tumbuhan dan binatang, hidup dengan tidak sadar dan insaf akan arti dan harga hidupnya. Maka hidup inilah yang dinamakan “Hidup Hissy”, hidup hanya karena tak mati belaka.

2. HIDUP MA’NAWI
Kehidupan ma'nawi diperuntukkan bagi yang sudah mengenal Sang Pencipta, Allah SWT. Hidup untuk menjalankan hukum-hukum Allah tetapi belum mempunyai kesadaran yang cukup. Ada keyakinan, tapi keyakinan itu belum cuckup untuk mengalahkan godaan zaman.. Mereka berhenti ketika bertemu dengan yang namanya sukar-sulit, berat-susah, takut dan was-was, atau hal-hal lain yang mencegah pada tunainya amal. Ia mudah berubah,mudah digoyangkan dan dijatuhkan, bahkan bisa pula ia pindah haluan dan sikap hanya karena ada sangkutan dengan salah satu kepentingan keduniaan belaka. Singkat kata, aqidah kepada Allah dan keyakinan adanya pertanggungjawaban hidup setelah mati belum teguh.

3. HIDUP MA’ANNI
Hidup yang dipergunakan untuk melakukan amal kebaikan dan kebajikan yang sebanyak-banyaknya dan sesempurna-sempurnanya. amal yang timbul dari keyakinan yang kuat dan iman yang teguh. Amal yang dilakukannya hanya karena mengharapkan Rahmat dan Ridho Allah SWT belaka dan tidak karena ataupun harapan yang diluarnya. Hidup sadar dan hidup insaf ini tak mudah tercapai kecuali dengan kemurahan dan karunia Allah semata-mata. Lebih-lebih sukar lagi mencapai hidup yang demikian itu, karena si amil itu harus pandai menyatukan ketiga pendirian amal. (Isti’anah, istiqomah, istitho’ah). Orang yang duduk dalam kehidupan ma’anni itu, tak lagi mengenal sukar dan sulit, berat dan susah, takut dan was-was dan lain-lain yang boleh mencegah manusia bisa melakukan amal yang sempurna.

****
Sudah sampai mana perjalanan Anda?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...