Thursday, May 23, 2013

Malas itu Akibat

MALAS ITU AKIBAT

Malas adalah keadaan tak bertenaga , tidak melakukan apap-apa, padahal tidak ada hambatan secara fisik. Banyak contoh perbuatan malas, menghindari bertemu orang lain, malas menghindari konflik. Malas adalah menunda pekerjaann, memilih yang lebih nyaman dan menghindari yang berkeringat.

Padanan kata malas dalam bahasa Inggris adalah lazyness. Dalam tahap awal menuju lazyness yang kronis ada istilah prokrastinasi. Dalam psikologi, prokrastinasi berarti tindakan mengganti tugas berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah, sehingga tugas penting pun tertunda. Psikolog sering menyebut perilaku ini sebagai mekanisme untuk mengatasi kecemasan yang berhubungan dengan memulai atau menyelesaikan tugas, atau mengambil sebuah keputusan. Psikolog menetapkan tiga kriteria suatu perilaku dapat dikelompokkan sebagai prokrastinasi: pertama, melakukan yang kontraproduktif, kedua, melakukan yang kurang perlu, dan ketiga, intinya adalah menunda-nunda.


Kebohongan besar yang biasa dilakukan prokastinator adalah bahwa tekanan waktu akan membuat mereka menjadi lebih kreatif. Buktinya, mereka tidak berubah untuk menjadi lebih kreatif, mereka hanya merasanya. Mereka justru memboroskan modal mereka sendiri.



Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya

Para pengidap, prokrastinasi kerap membohongi dirinya sendiri, seperti misalnya mengatakan, “Saya merasa lebih suka melakukanya esok hari” atau “Saya biasa bekerja dalam tekanan”. Namun faktanya, mereka tidak bergegas keesokan harinya untuk bekerja atau melakukan yang terbaik di saat berada dalam tekanan. Selain itu, mereka melindungi perasaan dirinya dengan mengatakan “Ini tidaklah penting”.

Kenali penyebab malas dan prokrastinasi.

Dalam Islam keadaan malas atau kasalun katagori penyakit hati. Al Kasalu Daaun, malas itu penyakit. Kalau penyakit tentu ada penyebab sakit, gejala sakit, sakit akut, atau sakit kronis. Berita baiknya adalah malas bisa disembuhkan meskipun sudah kronis. Tidak ada malas stadium empat, karena malas yang diobati bisa sembuh sedia kala. Malas dan semangat bukan keadaan yang diam, tapi selalu berubah, kadang malas, kadang semangat. Dalam taraf tertentu malas bisa ditolelir, tetapi bila dibiarkan akan menjadi kecemasan yang akut dan depresi, atau sebaliknya menjadi tidak perduli samasekali. Ada perkataan, saya bukan orang malas, melainkan orang yang tak peduli.

Malas adalah akibat dari tidak percaya diri, tidak yakin hasilnya bagus, gak adanya gunanya, pernah dicoba kok...! Bukan masalah bahwa saya ini malas, ini hanya masalah bahwa saya tak peduli. Ktidakpedulian menyebabkan malas.



Jadi, ketika melakukan yang kita senangi tidak ada istilah malas. Sebaliknya bila pekerjaan itu menuntut sesuatu yang harus dikerjakan tapi kurang menyenangkan, maka pekerjaan itu akan disikapi dengan malas dan penundaan.
Akibat anda tidak PD, tidak yakin hasilnya bagus, gak ada gunanya, pernah dicoba kok.

Oleh sebab itu kenali penyebab malas. Tidak ada obat malas yang mujarab kecuali memaksakan diri. Malas itu penyakit ruhani, bukan penyakit jasmani. Oleh karena itu cara penyembuhannya pun bukan ke dokter , tapi ke ustadz, kiayi, atau motivator.

Malas adalah penyakit ruhani. Ibaratnya, ruhani
itu mesin jasmani adalah sasis dan badan mobil, apabila mesinnya sehat maka tanjakan securam apapun mobil akan berjalan., sebaliknya jika ruhani sakit, badan akan ogah bergerak melaksanakan sesuatu. Bagaimana dengan ruhani sehat tetapi jasmani sakit, walaupun jasmani sakit, jika ruhaninya sehat, ia akan tetap semangat melawan tantangan hidup.

Malas berbeda dengan lemas. Jika
manusia tidak makan danb minum akan lemas. Orang lemas masih bisa bergerak untuk berusaha, karena meskipun badan lemas, pikiran dan perasaan tetap bersemangat. Asupan raga atau jasamni adalah makanan dan minuman. Apa asupan ruhani agar tidak malas?


Prokrastinasi dapat mengakibatkan stres, rasa bersalah dan krisis, kehilangan produktivitas pribadi, juga penolakan sosial untuk tidak memenuhi tanggung jawab atau komitmen. Perasaan ini jika digabung dapat mendorong prokrastinasi berlebihan. Meski dianggap normal bagi manusia sampai batas tertentu, hal ini dapat menjadi masalah jika melewati ambang batas normal. Prokrastinasi kronis bisa jadi tanda-tanda gangguan psikologis terpendam.

Malas terjadi karena ada beberapa sebab,
karena malas adalah penyakit jiwa, tentu saja penyebabnya bervariasi, DIbawah ini akan dibahas mengenai :Penyebab
1.

SOLUSI RASA MALAS DAN PROKSINASI
  1. Kenali Visi dan misi hidup
    Orang yang tak memahami arti kehidupan pasti jiwanya akan sakit, orang seperti ini, tidak tau tujuan hidup, fungsi hidup dan manfaat hidup. Buat apa hidup jika tak mengerti arti kehidupan, dipastikan tidak akan dapat melakukan apa-apa.

2.Bersosialisasi
Kita bukanlah makhluk individualisme melainkan makhluk sosial, jika sudah mengerti kehidupan berart akan mengerti bagaimana hidup ini bisa difungsikan dengan baik, salah satunya adalah bersosialisasi. Bersosialisasi dapat meningkatkan persahabatan, dan persahabatan dapat memeberikan kekuatan, jadi jangan jadi orang yang enggan bersosialisasi, karena bersosialisasi salah satu sumber pembasmi rasa malas dan meningkatkan semangat.
3. Jangan Makan Berlebihan

Lebih baik orang yang kekurangan makan daripada orang yang berlebihan makan, lho kok bisa? bisa kok? :) Orang yang kekurangan makan biasanya lebih bersemangat untuk berusaha mencari rejeki agar dapat makan yang banyak :) sedangkan orang yang makannya berlebihan, biasanya akan lupa dengan orang yang kelaparan dan malas untuk membantu mereka karena lupa. Tetapi, lebih baik lagi jika asupan makanan dan minuman itu cukup. :) Oleh karena itu,
hindari berlebihan dalam mengkonsumsi makanan, karena perut adalah sumber penyakit, biasanya agar tetap semangat dan stabil bisa dilakukan dengan berpuasa. :)

Untuk zaman sekarang menjadi produktif lebih sulit. Begitu banyak variabel pengganggu yang membuat orang sulit konsentrasi pada satu hal saja (kerja). Begitu banyak peristiwa yang butuh perhatian; semuanya cepat; semuanya bising. Apalagi pada manusia terdapat tendensi untuk menunda-nunda pekerjaan. Alasan apapun dicari dan dipakai supaya bisa menunda pelaksanaan tugas. Minimal sehari saja. Sampai akhirnya berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, penundaannya. Itu namanya prokrastinasi (procrastination). Lantas bagaimana mencegah hal ini terjadi
pada diri Anda. Berikut ini lima petunjuk:

1. Jangan Multi-Tasking (Sebisa Mungkin)
Ajaran manajemen terbaru mengatakan, zaman sekarang para pekerja profesional harus pandai-pandai mengerjakan berbagai tugas secara sekaligus. Namanya multi-tasking. Jika tidak mampu begitu akan kalah bersaing. Padahal multi-tasking di sini tidak dianjurkan karena membuat Anda terpecah konsentrasinya.
Akhirnya penyelesaiannya semua tidak ada yang tuntas. Cobalah fokus ke satu pekerjaan dulu sebelum melangkah ke yang lain. Kerjanya satu per satu. Dengan begitu tak ada alasan Anda melewatkan pekerjaan sebab, Anda beralasan,
toh nanti bisa diselesaikan. Tidak akan selesai kalau begitu.
2. Atur Lingkungan (Hilangkan Pengganggu)
Banjir surel (emai), telpon berdering tiada henti, ngobrol dengan kolega; semua alasan
yang “pas” untuk menghindar dari pekerjaan. Sebab semua itu penting, bukan, dan perlu ditanggapi langsung. Tidak. Jangan percaya dengan janji sendiri, “Saya akan kerjakan itu setelah menjawab email ini.” Tidak akan terjadi; pekerjaan tetap terlunta-lunta. Caranya hanya satu: isolasikan diri Anda jika itu membantu Anda untuk konsentrasi.
3. Pasang “Timer” Pribadi (Tenggat)
Kita cenderung menunda pekerjaan yang kurang menyenangkan. Wajar itu. Agar tugas
jadi lebih menarik (sedikit), berilah batasan waktu pada diri untuk mengerjakannya. Jika waktu itu habis, Anda boleh istirahat sejenak, sebelum melanjutkannya.
Biasanya, kalau sudah sekali mengerjakan tugas, orang
baru berhenti kalau semuanya sudah beres.
4. Janjikan Reward Kalau Semua Beres
Tidak ada salahnya Anda memberi diri Anda sendiri sedikit motivasi positif supaya mau
mengerjakan suatu tugas. Misalnya, boleh kongko-kongko sama
kawan kalau pekerjaan sudah selesai. Atau, tiap dua jam kerja diselingi jeda 15 menit untuk menyeruput kopi. Nanti Anda akan kaget sendiri bahwa pada saat selesai reward terbesarnya buat Anda adalah pekerjaan yang selesai itu sendiri.
5. Buat Sesederhana Mungkin
Adakalanya kita menundanunda pekerjaan karena dianggap terlalu rumit atau banyak.
Mulailah dengan langkah-langkah yang sesederhana mungkin.
Yang penting memulai. Sebuah gunung ditakluki bukan dengan berlari tetapi dengan mendakinya bukit per bukit. Kalau itu tugas menyangkut tulis-menulis
dan konsep, yang penting adalah mulai menulis dulu. Jangan cemas soal format atau pilihan kata-kata; semua itu mudah dikoreksi. Sejauh ada sesuatu (hasil kerja seperti tulisan) yang bisa dikoreksi.
Prokrastinasi tidak bisa dilawan dengan asal kerja keras saja tapi harus bisa kerja cerdas. Gunakan teknik dan strategi guna mengatasi dorongan menunda pekerjaan (prokrastinasi) Anda. Dan jangan pelit pada diri sendiri. Jika sudah berusaha
keras, hadiahilah diri Anda sendiri dengan sesuatu (atau lebih) yang menyenangkan.
Yang penting keesokan harinya Anda akan masuk kerja dengan kondisi segar … dan siap untuk produktif.

Pertama : Bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat.
Sebab pertama dari beberapa sebab yang menjadikan seorang malas dalam beribadah adalah bergelimang dalam dosa dan maksiat

 PENYEBAB RASA MALAS
Sufyan Ats-Tsauri pernah menuturkan, "Saya pernah tidak bisa menjalankan shalat tahajjud selama 5 bulan. Hanya karena 1 dosa yang dulu aku lakukan." (atau ucapan yg senada)
Nah, bagaimana dengan kita?

Seorang muslim yang bergelimang maksiat dan terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan dilupakan kebanyakan manusia adalah salah satu sebab lesu, malas dan meremehkan ibadah dan ketaatan. Jika seorang malas beribadah, maka ia terancam dengan kemurkaan Alloh. Tahukah Anda, apa kemurkaan Allah tersebut ?
Menurut seorang motivator, Malas itu akibat bukan sebab. Dicontohkan dengan kisah seorang karyawan yang belum menikah. Dia hadapi rutinitas pekerjaan setiap hari yang membosankan. Pekerjaan kantor tertunda-tunda. Lebih suka mengkhayal agar cepat hari sabtu dan hari minggu. Pekerjaan dia jalani dengan semboyan agar kelihatan status bukan pengangguran. Nine to five dijalani bagai berjalan di atas bara api. Setelah sampai rumah merasa lelalh, Tidak bersemangat melakukan aktivitas kursus, kuliah sore atau mencari tambahan penghasilan. Namun, bila jumat malam ada teman yang menjaka kepada suatu kegiatan yang menyenangkan, maka begadang sampai pagi pun tidak ada rasa lelah. Semua dilakukan dengan smeangat. Bayangkan sesuatu yang dilakukan dengan hobby, bersepeda misalnya, meskpun peluh dan keringat dia lakukan dengan gembira. Menuju hari senin, emskiupn tidak berkeringat malas hinggap.




 PENYEBAB MALAS ADALAH DOSA-DOSA KECIL
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura:30)
 Maka dari itu, hendaklah seorang muslim menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa kecil yang dianggap remeh. Oleh sebab itu jauh hari Rasululloh Shollalahu a’alaihi wassalam mengingatkan kita dengan sabdanya,

“jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia bertumpuk-tumpuk pada seseorang, maka ia akan mencelakakan orang tersebut.”

Jauhilah segala dosa kecil dan besar itulah ketaqwaan, jadilah engkau seperti orang yang berjalan di atas jalan berduri yang selalu waspada, janganlah engkau meremehkan dosa kecil, karena sebuah gunung itu tersusun dari batu-batu kecil

Kedua : Tidak Faham Tentang Urgensi Ibadah

Sudah kita pahami bersama bahwa seluruh aktivitas orang berriman adalah ibadah, niat menghamba kepada Allah SWT. Sebab kedua yang membuat seseorang malas mengerjakan ketaatan dan ibadah adalah melupakan urgensi ibadah. Diantara bentuk kelalaian seseorang adalah melupakan dirinya bahwa ia adalah mahluk yang lemah, hanya karena kehendak dan kekuatan Alloh sajalh ia menjadi kuat dalam menjaga dan mengerjakan ketaatan dan ibadah.

Seorang muslim harus mengetahui dan memahami bahwa beribadah dan beramal shalih adalah sebab dan inti mendapatkan bantuan dan pertolongan Alloh, sesungguhnya tekun mengerjakan amal shalih adalah cara meraih pertolongan Alloh subhanahu Wata’ala

Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman

“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-ankabut:69)

Ketiga : Melupakan Kematian

Diantara sebab malas dalam beribadah adalah melupakan kematian dan kejadian-kejadian setelahnya. Wahai saudaraku, sungguh melupakan kematian dan kesulitan-kesulitan setelahnya adalah penyebab seseorang malas untuk beribadah, taat dan malas beramal shaleh.

Sungguh seorang yang melupakan kematian dapat dipastikan ia akan malas beribadah, maka dari itu bagi setiap muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak mengingat penghancur (pemutus) segala kenikmatan. Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman
 “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.”(QS. Ali Imran : 185)
 Ya, Kematian adalah obat bagi orang yang panjang angan-angan, orang yang keras hatinya dan yang banyak dosa. Oleh sebab itu Rasulullah Shollalahu ‘alaihi Wasallah bersabda “perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan.”

Keempat : Tidak Tahu Besarnya Pahala Suatu Ibadah
 Wahai saudaraku….
 Diantara sebab malas beribadah dan malas mengerjakan ketaatan adalah tidak tahu besarnya pahala suatu ibadah. Sungguh tidak mengetahuinya adalah sebab malas melakukan ibadah dan ketaatan, jika seseorang mengetahui besarnya suatu ibadah, niscaya ia akan rajin mengerjakannya.
Maka dari itu, aku wasiatkan kepada kalian wahai kaum muslimin… hendaklah bersungguh-sungguh untuk memahami keutamaan ibadah dengan membaca buku-buku yang menjelaskan akan keutamaan dan ganjaran ibadah itu. Karena jika seseorang mengetahui keutamaan dan besarnya pahala suatu ibadah ia akan bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah.

Kelima : Berlebih-lebihan Dalam Hal Yang Mubah
 Diantara sebab malas mengerjakan ibadah dan ketaatan adalah berlebih-lebihan dalam perkara mubah. Yaitu dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan serta yang lainnya. Seluruhnya adalah penyebab malas beribadah, karena berlebih-lebihan dalam hal tersebut dapat menyebabkan lesu, ingin mudah istirahat dan tidur.
 Berlebih-lebihan dalam perkara mubah seperti dalam makanan dan minuman adalah penyebab kerasnya hati. Karena hati akan bersih dan lembut jika dalam kondisi lapar dan sedikit makan dan hati akan menjadi keras jika dalam kondisi kenyang, hal ini adalah sunnatulloh yang tidak pernah berubah. Celakalah orang yang keras hatinya dan tidak ingat Alloh. Bahkan seorang muslim yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, mengerjakan kebaikan dan ketaatan bahkan bercapek-capek mengerjakan sholat tahajud pun tidak akan merasakan lezat dan manisnya ibadah jika berlebihan dalam perkara mubah tersebut.
 Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata “Banyak mengkonsumsi makanan adalah sebuah penyakit yang akan menimbulkan keburukan, banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan maksiat, dan berat untuk melakukan ketaatan. Maka cermatilah keburukan ini.”

Wallohu ‘alam



PROKRASTINASI KERJA

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastinare, yang merupakan kombinasi dari kata sifat “pro” yang berarti sebagai gerakan maju dengan “crastinus” yang berarti “milik hari esok” atau jika digabungkan menjadi “menangguhkan atau penundaan sampai hari berikutnya”.[1]
Perilaku prokrastinasi sebenarnya merupakan perilaku yang telah lama ada dan dapat terjadi pada berbagai bidang dan situasi. Prokrastinasi kerja adalah perilaku yang cenderung atau menunda-nunda pekerjaan dan tidak segera memulai pekerjaannya.

Menurut Ferrari et.al[2] menyimpulkan arti prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai sisi yaitu :
1).prokrastinasi adalah setiap perbuatan untuk menunda mengerjakan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan dan alasan penundaan 
2). Prokrastinasi sebagai suatu pola perilaku (kebiasaan) yang mengarah kepada trait dan  penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon yang menetap seseorang dalam menghadapi tugas dan biasanya disertai dengan keyakinan yang irrasional 
3). Prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, tidak hanya perilaku menunda tetapi melibatkan struktur mental yang saling terkait.
Di bidang Akademik cukup sering terlihat secara langsung perilaku prokrastinasi di kalangan mahasiswa. Menurut Ferrari et al,[3] sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu dan diamati melalui ciri-ciri tertentu berupa :
·         Penundaan untuk memulai menyelesaikan tugas yang dihadapi
·         Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan.
·         Kesenjangan waktu antara rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual.
·         Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus dikerjakan (seperti ngobrol, nonton, mendengarkan musik, jalan-jalan, dll).
Bernard mengemukakan ada 10 penyebab seseorang melakukan perilaku prokrastinasi.[4] Kesepuluh penyebab perilaku prokrastinasi tersebut adalah :
a.    Kecemasan
Kecemasan yang dialami oleh seseorang dipengaruhi oleh stressful attitude orang tersebut. stressful attitude merupakan sikap dan kognisi seseorang akan kejadian yang mereka alami. Individu cenderung menilai bahwa situasi-situasi yang dihadapinya membawa ancaman dan berpotensi menimbulkan stres bagi dirinya. Hal ini mengakibatkan respon emosional individu berupa kecemasan meningkat. Bernard juga menyatakan semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami oleh individu maka semakin tinggi pula kecenderungannya untuk melakukan perilaku prokrastinasi.
b.    Kurangnya penghargaan akan diri (self-depreciation)
Terdapat sebagian orang yang memiliki kecenderungan self-depreciation yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Individu dengan self-depreciation tinggi mudah menyalahkan diri sendiri bahkan dalam hal yang tidak terlalu penting. Ketika ada sesuatu yang sedikit saja berjalan dengan tidak semestinya, individu ini menyalahkan dirinya sendiri bahkan dalam hal yang tidak terlalu penting. Individu mengalami kesulitan dalam menyusun rencana dan arah tujuan hidupnya. Saat individu melakukan penundaan, individu semakin merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri dan ini akan semakin mempersulitnya dalam melakukan pekerjaannya.
c.    Rendahnya toleransi terhadap ketidakyakinan (low discomfort tolerance)
Ketika menghadapi tugas yang membosankan ataupun sulit untuk dikerjakan ada sebagian orang yang menjadi sangat tertekan sementara oranglain tidaklah menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat menekan. Individu yang lebih mudah mengalami frustasi dan memiliki toleransi terhadap ketidaknyamanan yang lebih rendah dibandingkan orang lain saat menghadapi stressor yang sama disebut Bernard sebagai ‘sensation sensitive’. Individu yang sensation sensitive ini terbiasa menghindari dan menarik diri dari tugas-tugas yang ia rasa menimbulkan frustasi.
d.    Pencarian kesenangan (pleasure seeking)
Individu dengan pleasure seeking yang tinggi menolak mengorbankan kesenangannya untuk mengerjakan suatu tugas sekalipun tugas itu penting.
e.    Disorganisasi waktu (time disorganization)
Individu dapat menunda melakukan pekerjaannya karena tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakannya, namun dapat pula disebabkan terlalu banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia.
f.     Disorganisasi lingkungan (environmental disorganization)
Lingkungan yang terlalu bising dan terlalu banyak gangguan akan mengakibatkan sulitnya berkonsentrasi pada individu sehingga membuat individu menunda melakukan pekerjaannya. Lingkungan yang berantakan dan penyimpanan dokumen-dokumen mengenai tugas yang tidak rapi juga dapat menghambat seseorang untuk dapat segera mngerjakan tugasnya.
g.    Rendahnya pendekatan terhadap tugas ( poor task approach)
Bila seseorang tidak mengerti bagaimana mengawali atau bagaimana mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya maka hal ini dapat membuat seseorang menunda mengerjakan tugas tersebut
h.    Kurangnya asertifitas (lack of assertion)
Individu yang sulit berkata “tidak” atau sulit untuk menolak permintaan orang lain, walaupun sebenarnya ia tak memiliki cukup waktu untuk melakukan permintaan tersebut karena harus mengerjakan pekerjaan lainnya, akan membuat individu semakin sulit mengatur waktunya dan harus menunda salah satu dari pekerjaan yang sebenarnya harus dikerjakan.
i.      Kekerasan terhadap orang lain (hostility with others)
Perilaku menunda dapat juga didorong oleh faktor kemarahan individu terhadap orang lain. Kemarahan itu dapat berupa menolak untuk bekerja sama dengan orang tersebut ataupun menunda melakukan tugas yang diperintahkan dan diharapkan oleh orang tersebut.
 j.      Stres dan kelelahan
Stres dan kelelahan ini seringkali menimbulkan kecenderungan pada individu untuk menunda melakukan tugasnya.

Ferrari et.al[5]. mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu berupa:
a.    Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.
b.    Keterlambatan dalam mengerjakan tugas, karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan.
Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi.
c.    Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.
d.    Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
19
4.

Lalu bagaimana mengatasi ini? Menurut Goleman (2000) bahwa dengan menerapkan manajemen diri, individu dapat menciptakan realitas kehidupan sesuai dengan misi dan tujuan hidup. Baik itu berupa kebebasan finansial, pengembangan karir dan pekerjaan, hubungan yang lebih baik dengan keluarga, sesama, dan terutama dengan Tuhan, serta kesehatan yang terpelihara.
Manajemen diri dimaksudkan untuk mengenali diri secara menyeluruh (konsep diri), mengidentifikasi secara jelas tujuan apa yang ingin dicapai, paham betul apa pentingnya mencapai tujuan tersebut, mengontrol dan mengelola diri (tingkah laku emosi), melakukan evaluasi diri atas apa yang telah dilakukan serta paham tentang insentif-insentif yang akan diperoleh akibat tindakan yang dilakukan.

Panjang Angan-Angan …


QS 4. An Nisaa':120

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمْ ٱلشَّيْطَـٰنُ إِلاَّ غُرُوراً
"Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka."


Dalam suatu hadits, bersabda Nabi saw. : “Sesuatu yang paling mengkhawatirkan dan aku khawatir atas kamu adalah dua hal : Panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Dan sesungguhnya panjang angan-angan membuat lupa kepada akhirat, sedang mengikuti hawa nafsu akan menghalangi dari kebenaran”.

Nabi Adam as memberi wasiat kepada anaknya Syits as dengan lima hal dan memerintahkannya untuk memberi wasiat dengan lima itu kepada anak-anaknya lagi sepeninggalnya. Yaitu :
1. Katakanlah kepada anak-anakmu: “ Janganlah kamu tenang kepada dunia, karena aku pernah tenang dengan surga yang abadi, tetapi lalu Allah mengeluarkan aku dari sana “.
2.  “Janganlah kamu bertindak menurut kesenangan perempuan-perempuan, karena aku pernah bertindak menurut kesenangan isteriku dan aku makan syajarah, lalu penyesalan menyusulku”.
3.  “Setiap perbuatan yang kamu menghendakinya perhatikanlah akibatnya, karena aku seandainya memperhatikan sesuatu hal (akibatnya), tentu tidak menimpaku apa yang menimpaku itu (dikeluarkan dari Surga) “.
4.  “Apabila hatimu terguncang terhadap sesuatu (tertarik terhadap sesuatu yang diharamkan Allah), maka jauhilah. Karena aku ketika makan syajarah tergoncanglah hatiku, tetapi aku tidak mau kembali. Maka penyesalan menyusulku”.
5.  “Musyawarahlah di dalam segala hal (dengan orang-orang yang benar-benar baik), karena aku apabila bermusyawarah dengan para Malaikat, tentu tidak menimpaku apa yang telah menimpaku itu (dikeluarkan dari Surga)”.


.Suatu ketika Nabi Isa as sedang duduk, sedang seorang yang sudah sangat tua bekerja dengan cangkul, mengolah tanah dengannya . berkatalah Isa as : “Ya Allah, cabutlah darinya angan-angan”. Orang tua itu lalu meletakkan cangkul dan bertiduran. Dia (Nabi Isa) berdiam diri sesaat. Isa berkata lagi “Ya Allah, kembalikanlah angan-angan padanya”. Berdirilah orang tua itu dan mulai bekerja. Bertanyalah Isa kepadanya tentang semua itu. Dia menjawab : “Pada saat aku bekerja, tiba-tiba berkatalah hatiku pada diriku sendiri :”Sampai kapan engkau harus bekerja, sedang engkau adalah orang tua yang sangat lanjut “. Maka aku melemparkan cangkul dan bertiduran. Kemudian berkata lagi hatiku pada diriku sendiri : “Demi Allah, tidak boleh bagimu tidak bekerja, selama engkau masih tetap hidup “. Maka berdirilah aku dan mengambil cangkulku. 

2 comments:

  1. Thanks buat artikelnya.
    Dan mohon izin untuk saya share di Google plus milik saya.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...