Saturday, March 26, 2011

Masyarakat yang Terbiasa Hidup Tanpa Rencana

Mengutip pendapat Rhenald Kasali,  bahwa ada dua ciri utama masyarakat yang biasa hidup tanpa rencana seperti pada sebagian masyarakat kita saat ini.

Pertama, Tidak suka membuat janji atau  komitmen.
 Kita biasa saja berkunjung atau dikunjungi kapan saja tidak perlu janjian dulu.  Contoh yang paling konkret adalah ketika kita mengunjungi seorang  dokter. Biasanya, praktek dokter di sini didasari prinsip first come first
serve. Meski kemarin Anda sudah membuat janji dan mendapat nomor satu,,
tapi begitu hadir sudah ada enam orang yang antre, Anda akan mendapat
giliran yang ketujuh. Bagi yang sudah terbiasa tidak mengherankan bukan? Tapi bagi sebagian masyarakat di belahan dunia lain, hal ini mengherankan.
Di negeri Paman Sam sana, Anda tak bisa menemui dokter bila tak membuat janji. Di sana,  Anda hampir tak akan pernah menemui satu pasien pun yang antre di ruang tunggu dokter, karena semua datang sesuai dengan  jadwalnya masing-masing.Di negara yang masyarakatnya sangat menghargai waktu, segala sesuatunya serba terencana, dan manusia bisa mengatur hidupnya seefisien mungkin.

Kedua, Mengentengkan Ucapan.
Mulutmu  adalah harimaumu. Peribahasa ini bagus Agar anda berhati-hati dengan ucapan Anda. Anda dinilai dari ucapan anda dan konsistensi dari ucapan tersebut. Ciri masyarakat yang biasa hidup tanpa rencana akan berbicara dengan enteng. Padahal dalam masyarakat modern, kata-kata Anda akan dipegang lawan bicara.
Ucapan yang serius hanya terjadi dalam alam forum-forum resmi karena dianggap sebagai kebijakan yang mengikat. Para pemimpin yang obral janji dan kemudian tidak ditepati adalah cerimin dari masyarakat yang mengentengkan ucapan. Ucapan yang baik,  tidak asal bunyi adalah hasil dari suatu kebiasaan yang baik. Rencana yang baik akan menghasilkan ucapan yang baik. Bila belum punya rencana, atau belum siap berbicara lebih baik berhati-hati. Mengutip sabda Rasulullah SAW. “Qul Khoiron aw liyasmut” berkatalah yang benar atau - kalau tidak bisa-  lebih baik diam,

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...