Sunday, March 27, 2011

Inilah Akibat Tidak pandai Bersyukur

Yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Rumput tetangga  kelihatan lebih hijau dari pada  rumput di pekarangan sendiri. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, lebih kaya dan lebih beruntng dari pada saya.  Karena senantiasa membandingbandingkan muncullah perasaan salalu kurang. Wujud dari perasaan itu tercermin dari roman muka dan perkataan. Muka masam raut  kusut, ucapan yang keluar hanya keluhan dan makian. Kalaupun tidak mengeluh dia kan menyalahkan lingkungan atau memaki diri sendiri. Memaki diri sendiri menimbulkan ketidak percayaan diri, tidak PD, alias minder.  Perasan tidak percaya diri sebelas dua belas dengan tidak berdaya diri yang akhirnya menghina diri sendiri. Apalagi yang bisa diharapkan dari orang semacam ini? Kepada dirinya sendiri dia tidak hormat.
Rentetan adzab selanjutnya yang diakibatkan oleh  kufur atas nikmat yang dimiliki diri sendiri adalah tertutupnya potensi-potensi yang baik dan munculnya sifat-sifat jelek. Sikap membanding-bandingkan hal yang tak pantas dibandingkan akan memunculkan pribadi hasad, iri dengki, dan tidak pernah puas.
Memang, patut diingat,  ada hal-hal lain yang boleh bahkan harus dibandingkan-bandingkan yaitu iman, ilmu dan amal shalih. Kepada ketiga hal ini Anda tidak boleh kalah daripada kebanyakan orang lain.
Orang yang tidak bersyukur sebenarnya sedang mengaktifkan kelemahan sekaligus kejelekan. Cobalah tengok sikap  seperti hasad, mengeluh, iri dengki. Semua penyakit ini hanya hinggap kepada orang yang tidak pandai bersyukur. Orang yang kufur nikmat sekaligus juga sedang menutupi potensi-potensi baik – yang seharusnya dia kembangkan- tetapi karena hasad dan suka mengeluh potensi-potensi baik itu tidak muncul. Yang muncul dan tampak oleh orang lain malah pribadi yang lemah dan tidak pantas diperhitungkan. Ketika berdagang dia tidak ramah kepada pelanggan sampai bangkrut dagangannya. Ketika menjadi pegawai dia menjadi penghasut bagi rekan kerjanya sampai dipecat dari pekerjaanyaa. Ketika menjadi pejabat, dia bukan focus kepada pelayanan kepada masyarakat melainkan focus kepada kesempatan menumpuk harta, sampai akhirnya diciduk KPKdan  masuk penjara. Ketika menjadi kepala keluarga dia  focus kepada peningkatan harta bukan kepada keharmonisan keluarga, sampai tidak dihormati anggota keluarganya samapai berantakan biduk rumah tangganya. Itulah janji Allah bagi yang kufur nikmat “Wa lain kafartum inna ‘adzzabiy lasyadid- Dan jika kamu kufur terhadap nikmat Allah, sesungguhnya adzabku sangat pedih”

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...