Yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Rumput tetangga kelihatan lebih hijau dari pada rumput di pekarangan sendiri. Orang lain selalu lebih beruntung daripada kita. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, lebih kaya dari pada saya. Karena senantiasa membanding-bandingkan muncullah perasaan selalu kurang. Wujud dari perasaan itu tercermin dari roman muka dan perkataan. Muka masam raut kusut, ucapan yang keluar hanya keluhan dan makian. Kalaupun tidak mengeluh dia kan menyalahkan lingkungan. Selalu menyesali memaki diri sendiri menimbulkan ketidak percayaan diri. Ketidak-percayan diri akan bermuara pada menghina diri sendiri. Apalagi yang bisa diharapkan dari orang semacam ini? Kepada dirinya sendiri dia tidak hormat.
Rentetan adzab selanjutnya yang diakibatkan oleh ingkar atas nikmat yang dimiliki diri sendiri adalah tertutupnya potensi-potensi yang baik dan munculnya sifat-sifat jelek. Sikap membanding-bandingkan hal yang tak pantas dibandingkan akan memunculkan pribadi hasad, iri dengki, dan tidak pernah puas. Memang, patut diingat, ada hal-hal lain yang boleh bahkan harus dibandingkan-bandingkan yaitu iman, ilmu dan amal shalih. Kepada ketiga hal ini kita tidak boleh kalah daripada kebanyakan orang lain.
…..Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku “
"
No comments:
Post a Comment