Friday, April 1, 2011

Mengapa Jawa dikalahkan Belanda?

Saya suka mencatut alinea yang menurut saya sangat inspiratif. Salahsatunya dari buku Rumah Kaca-nya Pramudya Ananta Toer. Mingke – Sang tokoh utama- membahas tentang mengapa Jawa dikalahkan Belanda? Inilah paragraf tersebut:
“Karena bangsa ini mempunyai watak selalu mencari kesamaan-kesamaan, keselarasan, melupakan perbedaan untuk menghindari bentrokan sosial. Dia tunduk dan taat pada ini sampai kadang tak ada batasnya. Akhirnya dalam perkembangannya yang sering, ia terjatuh pada satu kompromi ke kompromi yang lain dan kehilangan prinsip-prinsip. Ia lebih suka penyesuaian daripada cekcok urusan prinsip”.

Korupsi adalah kesalahan individu dan komunal yang prinsip. Mengapa? karena dampak korupsi yang besar, tanah air yang kaya raya tapi penduduknya sengsara. Korupsi telah menguasai mesin-mesin publik dan orang percaya bahwa sudah seharusnya begitu. Daripada bentrok individu atau bahkan sosial lebih baik 'berdamai'. Menghindari konflik tapi melepaskan prinsip. Secara sosial, jaringan korupsi yang menyentuh seluruh aspek kehidupan—dari urusan kelahiran hingga kematian—telah mendikte cara bertindak warga negara. Warga yang tidak setuju kepada permainan korup bersiap siap menghadapi konflik dengan saudaranya sendiri.

Dalam situasi seperti di atas, korupsi merupakan pilihan ”rasional” untuk menghindari konflik yang bikin gerah.. Harto, sopir, membuat perhitungan sangat rasional ketika memilih membayar calo dan memberi suap untuk menyeberangkan truknya dari Merak ke Bakauheni (Kompas, 28/2). Mendahulukan kompromi daripada prinsip.Logika ini berlaku juga pada petugas yang memungut pungli. Celakanya, pilihan yang secara individual rasional ini secara kolektif sangat tidak rasional dan merugikan semua orang. Berawal dari kompromi sosial menuju jebakan sosial, akhirnya keterpurukan sosial bersama.

Ronggowarsito dengan tepat menggambarkannya: zamane zaman edan, yen ora ngedan ora keduman ’zamannya zaman gila, kalau tidak ikut gila tidak kebagian’. Inilah stable but inefficient equilibrium: suatu keseimbangan yang stabil, tetapi tidak efisien. Situasi yang kelihatan diluar megah tapi keropos di dalam. Namun, nalar bangsa Indonesia yang sangat elastis, akomodatif, dan kompromistif itu menemukan justifikasi: demi menghinkonflik yang lebih besar. Itulah kalau tidak memegang prinsip: alih-alih menghindari konflik malah terjadi keterpurukan tanpa kesudahan. Ibarat terseret jatuh kejurang yang dalam, bangsa ini tak pernah meraih akar pegangan yang kuat.

****
Sekali lagi, bangsa ini terjatuh pada satu kompromi ke kompromi yang lain, demikan terus menerus,sampai ke titik kehilangan prinsip-prinsip. Bangsa ini lebih suka penyesuaian daripada cekcok urusan prinsip.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...