Monday, April 4, 2011

Lagi Ingin Baca Paragraf Orang Lain

Saya membaca paragraf yang entah siapa penulisnya. Jadi mohon maaf bagi yang suka tulisan saya yang orisinal (GR ), nggak dulu la ya..! Baca aja dialog Murid Garing dan Ustadznya di bawah ini:


Murid Garing: Wah, Pak Ustadz, Bapak Anu yang penjahat, eh sorry, penjabat, yang kerja di Departmen Hantu, hebat ya, punya mobil Mercy, kebun sawit dimana-mana, anak-anaknya pada sekolah di sekolah mahal. Jangan-jangan beliau korupsi ya?
Ustadz Ucok: (sambil tersenyum bijaksana, mengangguk-angguk takzim, dan mengelus-elus dagu ;-) ) Sabar, Dik. Kita harus berprasangka baik. Sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa (Al Hujurat [49]:12). Siapa tahu beliau dapat warisan.
Murid Garing: Emangnya banyak penjabat dapet warisan ya? Kok pada kaya-kaya, jarang ada yang bersahaja seperti Rasul saw atau Umar bin Khaththab ra? Kagak kasian sama rakyatnye?
Ustadz Ucok: Wah, itu tergantung pada pribadi masing-masing. Rezeki masing-masing dan urusan masing-masing atuh.
Murid Garing: Ustadz ini udah kayak artis aja, semua-mua pake "Tergantung pada pribadi masing-masing. " Kayaknya udah tertular virus liberalisme nih.
Ustadz Ucok: Yah, Ustadz juga rocker, eh... maksudnya manusia. Yang penting kita nggak boleh iri terhadap rezeki orang lain. "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain." (An Nisa [4]:32)
Murid Garing: Ayat itu kan ada lanjutannya, Ustadz. "... bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita ada bahagian dari apa yang mereka usahakan." Kalau usaha-nya hasil korup...
Ustadz Ucok: (memotong).. . ya ada bagiannya juga. Sudahlah, ngapain ngurusin orang lain. Hisablah dirimu sendiri. Jagalah hati... jagalah hati...
Murid Garing: "Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. " (Al Anfal [8]:25). Menurut Tafsir Al Mishbah, sendi-sendi bangunan masyarakat akan melemah bila kontrol sosial melemah. Akibatnya, akibat kesalahan tidak menimpa hanya kepada yang bersalah: si Polan yang membuang sampah ke sungai, si Pokir yang terkena banjirnya. :-)
Ustadz Ucok: Bener juga, nih. Kalau kebanyakan menjaga hati saja dan kagak berani mengubah yang salah, itu tanda orang yang beriman lemah. Lebih baik bersuara, dan paling baik bertindak.
Murid Garing: Gitu dong, Stadz. By the way, kenapa nggak kita teliti dulu kasus Bapak Anu, penjabat yang kaya raya tadi? Apa beliau bisa membuktikan bahwa hartanya bukan hasil korupsi, atau memakai pembuktian terbalik, bukannya cuma pakai azas praduga tidak bersalah? Kalau memang beliau dapat warisan, apa bisa beliau juga membuktikan bahwa orang tuanya dulu itu juga kaya raya, dan bayar pajak, dan bukannye penjabat juga?
Ustadz Ucok: Ssssst... Jangan banyak cincong, Ring. Sini ana bisikin dah... Ana nggak enak atuh, soalnye waktu ana naek haji yang kesekian kalinya, Bapak Anu itu yang ngongkosin. ONH Plus lagi!
Murid Garing: .... (pingsan) ...

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...